▶️ Saya hanya meminjam tokoh, namun nama dan ide cerita adalah murni dari pemikiran saya.
▶️ Cerita berpusat pada Semesta (Hyunjin).
▶️ Saya membuat cerita karena hobi, bukan untuk memenuhi memenuhi ekspektasi. So...jangan dibaca kalau tidak suka.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari yang sangat tidak dinanti oleh Arin akhirnya tiba. Sejujurnya dia tidak ingin pergi. Sayangnya Cakra sudah mempersiapkan semua untuknya. Termasuk membelikannya dress beserta aksesorisnya. Arin sungguh ingin menolak atau berjanji akan menggantinya nanti. Tapi ayah dari Semesta itu mengatakan tidak perlu. Cakra memberikan semuanya sebagai ucapan terima kasih karena Arin menerima ajakannya.
"Semiiii~....kakak grogi, huhuhu..."
Semesta memandang Arin dengan bibir melengkung ke bawah. Dia tidak begitu suka melihat kakak pengasuhnya itu memakai pakaian yang katanya diberikan oleh papanya. Arin terlihat tidak nyaman mengenakan dress itu dan Semesta tidak suka. Tapi dia bisa apa. Itu adalah keinginan papanya. Jadi Semesta hanya bisa memeluk lengan kakak cantiknya seperti biasa.
"Eh...nggak apa. Nggak apa. Kakak cuma grogi ikut pesta gini. Ikut pesta ulang tahun biasa aja kakak mager. Apalagi pesta gini."
Pesta ulang tahun serasa pesta topeng. Lha wong semua senyumnya cuma senyum bisnis pasti.
Arin masih merasa tak seharusnya ia mengiyakan ajakan cakra. Dia takut melakukan hal ceroboh dan malah mempermalukan Cakra nantinya. Firasat Arin sudah tidak baik sejak awal. Tapi dia tak mungkin tiba-tiba batal ikut sedangkan Cakra sudah mempersiapkan semua untuknya.
"Huft...tenang...tenang... Anggep aja ini pesta sekolahan. Jangan malah grogi kek mau kencan."
Arin menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan agar tenang. Semesta masih setia mengusap lengannya dan sesekali ikut mendusal.
"Jangan jauh-jauh dari kakak ya. Nempel kakak terus aja. Nanti kalau papa kamu sibuk basa-basi, kita nyomotin jajan aja. Oh iya...maskernya jangan sering dibuka. Nanti kamu pusing kebanyakan ngirup parfumnya orang-orang."
Dan bocah itu dengan patuh mengangguk. Arin jadi gemas dan ingin mengunyel-uyelnya. Tapi karena Semesta sudah rapi dengan kostumnya, Arin mengurungkan niatnya.
Klek.
"Udah siap semuanya?"
Cakra masuk, telah siap dengan setelan serba hitamnya. Arin mengakui jika ia terpesona dengan majikannya malam ini. Ah tidak...Cakra selalu mempesona setiap hari. Tapi malam ini, Cakra terlihat berbeda.
"Oh...gimana Rin? Nyaman kan dress-nya?"
"Eh-eh...iya pak. Nyaman kok."
Sebenarnya memang nyaman jika dipakai orang yang tepat. Apalagi ini adalah barang mahal yang tentunya tidak sembarangan, baik dari bahan maupun pembuatannya. Sayangnya Arin bukanlah orang yang tepat itu. Dia lebih suka mengenakan kaos oblong dan celana komprang daripada disuruh memakai dress macam ini. Tapi sekali lagi meyakinkan, jika ini adalah bagian dari pekerjaan.
"Semi sudah siap?"
Cakra mendekat pada putra bungsunya dan bocah itu hanya mengangguk. Senyum Cakra terbit melihat penampilan putranya malam ini. Arin benar-benar mempersiapkan Semesta dengan baik. Dan tidak dipungkiri, melihat wajah putranya saat ini, Cakra jadi teringat wajahnya ketika masih seumuran si bungsu dulu. Tidak perlu diragukan bukan jika Semesta adalah putra kandungnya?