▶️ Saya hanya meminjam tokoh, namun nama dan ide cerita adalah murni dari pemikiran saya.
▶️ Cerita berpusat pada Semesta (Hyunjin).
▶️ Saya membuat cerita karena hobi, bukan untuk memenuhi memenuhi ekspektasi. So...jangan dibaca kalau tidak suka.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo nggak pengen hadir?"
"Hm? Biar Wira aja."
"Katanya Lukas mau ketemu lo."
"Nan...aku nggak mau kelepasan kalau aku datang ke sana."
Cakra hanya tidak mau kelepasan meluapkan emosinya jika bertemu dengan orang-orang yang menyebabkan adiknya tiada. Dia bukan orang baik yang akan memaafkan begitu saja. Apalagi dengan orang-orang yang berani mengusik keluarganya.
"Lo udah tau cerita Lukas kan?"
"Tau. Tapi bukan berarti aku bisa terima gitu aja. Dia mungkin emang bikin rencana itu untuk lindungi diri. Harusnya dia minimal kasih tau aku."
"Mungkin dia diancam, atau dipasangi penyadap."
"Ini buka film Hollywood."
"Ya siapa tau. Dia kan tinggal lama di Amrik. Tapi poinnya bukan itu. Lo beneran nggak pengen ketemu Lukas?"
"Nanti aja. Nggak tau kapan."
"Terserah. Tapi Bian ketembak karena lindungi Lukas. Bisa jadi dia tau kalau Lukas ngelakuin semua karena ada ancaman atau semacamnya dari Jamal. Kan dari pengintaian juga Bian yang ngikutin."
Rekaman pengakuan Lukas saat penyelidikan memang sempat diberikan oleh Joel pada Cakra. Dia telah mendengar semua yang dilakukan Lukas sejak membawa kabur dokumen milik perusahaan. Juga penyelidikan dari Jamal dan Bayu.
"Aku pikirin lagi nanti."
Yonanta mengendikkan bahunya. Dia bisa paham jika Cakra marah pada Lukas. Meskipun kematian Abian bukan salahnya, tapi karena masalah Lukas, Abian harus ikut turun dalam penangkapan itu. Abian harus mendapatkan dokumennya sebelum polisi membawa dan menjadikannya barang bukti.
"Kalau lo mau dateng, besok siang sidangnya. Tapi kalau nggak juga nggak apa, masih ada gue sama Wira di sana. Emang Jamal rada bikin emosi kalau ngomong, padahal jelas-jelas udah jadi tersangka. Tapi kalau lo udah agak mendingan, temuin Lukas, seenggaknya kalau dia dapet hukuman mati biar dia tenang udah ngomong sama lo."
"Dia nggak mungkin dihukum mati, Nan."
"Ya kan Jamal bisa ngelakuin apa aja biar semuanya jadi kesalahan Lukas. Nggak menutup kemungkinan juga kan dia memutar balikkan fakta. Lo tau Jamal kayak gimana."
"Oke. Aku datang besok."
"Nah...gitu dong."
Yonanta bukan bermaksud apa-apa. Tapi yang dia katakan memang benar adanya. Lukas memang bersalah, tapi rasa kemanusiaannya tetap tak tega. Yang benar-benar bersalah disini adalah Jamal. Lukas tidak pernah ingin mengkhianati Cakra. Tapi cara yang Lukas lakukan salah. Cakra terlanjur marah. Apalagi kejadian Abian tertembak membuatnya semakin kalut. Kebenaran apapun yang dikatakan Lukas tak serta merta membuat amarahnya padam begitu saja. Tapi Yonanta tahu jika Cakra pasti akan memaafkan Lukas nantinya meski tifak sekarang.