▶️ Saya hanya meminjam tokoh, namun nama dan ide cerita adalah murni dari pemikiran saya.
▶️ Cerita berpusat pada Semesta (Hyunjin).
▶️ Saya membuat cerita karena hobi, bukan untuk memenuhi memenuhi ekspektasi. So...jangan dibaca kalau tidak suka.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ayo ikut sarapan?"
Semesta hampir saja melompat karena kaget. Untungnya tak dia lakukan. Arin tepat berada di depan pintu kamarnya. Berdiri entah sejak kapan dan mengajaknya untuk sarapan. Wanita itu cukup antusias pagi ini hingga memasak semua makanan kesukaan masing-masing penghuni rumah. Tapi Semesta yang hanya diam membuatnya sedikit ragu jika remaja itu akan menerima ajakannya. Tapi anggukan pelan dari Semesta membuat senyum manisnya merekah.
Semesta mengikuti langkah Arin ke ruang makan. Dia sudah lupa kapan terakhir kalinya makan bersama keluarganya. Mungkin jika tak salah mengingat adalah ketika Arin masih ada diantara mereka. Suasana ruang makan yang sedikit riuh seketika langsung sunyi ketika Semesta tiba disana. Semua pandangan yang tertuju padanya, membuat Semesta tanpa sadar meremas sendiri tangannya.
"Maaf...aku inget ada piket."
Setelah berujar dengan pelan layaknya bisikan, Semesta langsung beranjak tanpa berpamitan. Arin bahkan tak sempat menahannya. Baru saja ingin mengejar, tapi Abian telah menginterupsinya.
"Nggak usah dikejar."
Arin tak peduli, dia mengambil salah satu bekal yang ada, lalu berlari keluar untuk mengejar Semesta. Sedikit merutuki rumah yang begitu luas hingga ia membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai ke depan. Untungnya Semesta masih belum keluar dari halaman rumah yang luasnya seperti lapangan sepak bola ini.
"Semii..."
Semesta hampir kembali berlari jika saja Arin tidak segera tiba dan menahan tangannya.
"Bawa bekalnya ya. Buat sarapan aja nggak apa. Biar semangat sekolahnya."
Bekal itu telah berada di tangannya. Melihat Arin yang begitu bersemangat memberikannya, Semesta tak sampai hati untuk menolak. Maka yang bisa Semesta lakukan hanya berucap.
"Makasih."
"Sama-sama."
Senyum Arin begitu merekah. Senyum yang sama dengan senyumnya sepuluh tahun yang lalu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Braakk
"Ups...nggak sengaja."
Bekal yang baru dia ambil beberapa suap itu hancur berantakan di tanah dan tak bisa lagi disantap. Semesta yang masih kaget hanya diam sambil memandangi bekal itu. Sementara si pelaku malah tertawa tanpa dosa, begitupun para anggota gengnya.