Jendral Kecil

453 51 21
                                    

"Apalagi kali ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apalagi kali ini?"

Bocah kecil itu menatap takut-takut sang mama. Bukan karena benaran takut, tapi karena telah di briefing oleh sang abang sebelumnya agar ia menampakkan raut takut, agar sang mama luluh padanya.

Amplop yang tadi dibawa si kecil dibuka. Menyatakan bahwa si termuda dalam keluarga mereka itu mendapatkan sanksi berupa skorsing untuk tiga hari.

"Ma...biar abang jelas-..."

"Bang Semi diem dulu ya. Biar Jendral yang jelasin semuanya."

Netra tajam serupa rubah itu menatap Semesta dan jarinya memberikan isyarat agar abangnya diam seperti yang diperintahkan sang mama. Si kecil takut abangnya juga ikut dimarahi mamanya.

"Jadi...?"

"Eum...Gyu dulu yang mulai ma."

Tubuh kecilnya berayun pelan. Sungguh Arin yakin jika putra terkecilnya itu sebenarnya tidak takut sekali akan hukuman yang nanti diterimanya. Karena percaya jika abang-abangnya pasti akan membelanya.

"Masa dia bilang aku anak pungut. Ya aku bales dong. Biarin anak pungut, penting aku disayang semuanya. Daripada dia suka ditinggal-tinggal papanya."

"Jendral..."

"Terus...terus...mamanya bilang gini ma ke aku. Anjing kamu... berani-beraninya ngatain anak saya. Ya aku bales dong, kamu ya yang anjing."

Empat orang lainnya berusaha menahan tawa termasuk Semesta yang kini memalingkan muka. Takut jika kelepasan tertawa malah Arin mengamuk.

Sedangkan Arin kini memijat pelipisnya. Dia memang mengajarkan pada putra-putranya agar tidak takut dan tidak berpasrah saja ketika ada yang membullinya. Takut jika kejadian Semesta dulu terjadi juga pada si kecil atau yang lainnya. Tapi tidak begini juga. Entah ajaran siapa si kecil kini begitu fasih mengumpat.

Arin...perlukah diingatkan jika dirimu sendiri begitu fasih melayangkan umpatan dulu?

"Terus kamu di skors?"

Anggukan penuh semangat itu membuat rambut si kecil bergoyang. Apalagi dibarengi dengan cengiran yang membuat siapa saja gemas melihatnya. Namun Arin tidak boleh tergoda dan luluh begitu saja.

"Heh...di skors kok malah seneng." Tegurnya Arin.

"Kan bisa main di rumah. Eh...belajar maksudnya."

Helaan nafas lelah itu terdengar. Baiklah, si kecil ini memang tak bisa untuk ditolak gemasnya. Tapi Arin tetap harus tegas.

"Selama skors nggak boleh main hape. Harus belajar sama bang Semi. Inget ya...nggak boleh hape teros!"

"Iya mama cantiik~..."

Si kecil Jendral langsung berlari ke kamarnya dan membuahkan teriakan dari Arin untuk memelankan langkahnya. Takut tersandung atau terpeleset karena begitu aktifnya si bocah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang