Semesta (2)

266 53 13
                                    

Katanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katanya...takdir kita telah ditentukan jauh sebelum kita ditakdirkan lahir ke dunia. Tak ada yang bisa memilih takdirnya. Entah dia dilahirkan dimana, seperti apa, dan dalam kondisi yang bagaimana. Semua telah ditentukan Tuhan dan dituliskan takdir sesuai porsinya, tidak lebih dan tidak kurang. Hanya saja, manusia seringkali mengeluh tentang takdirnya yang berasal dari keluarga biasa, keluarga kurang, atau keluarga yang berkecukupan. Padahal Tuhan tidak pernah salah memberikan takdirnya.

Semesta terkadang juga merasa sama dengan orang kebanyakan. Menanyakan bagaimana takdir Tuhan bisa mengirimnya terlahir sebagai anak tak diinginkan. Dibuang oleh sang ibu dan tidak diterima keluarga sang ayah. Ibarat kapal, kini Semesta terombang-ambing di tengah lautan tanpa haluan. Dia kembali menanyakan tujuan hidupnya saat ini. Dia tidak ingin mati, tapi dia sudah lelah melewati hari yang sama setiap hari.

Terkadang pikirannya melanglang buana. Berpikir bagaimana jika saat ini dia tidak ada di dunia. Apakah semua akan sama dan tak berpengaruh apa-apa. Seperti saat berpikir bagaimana jika Semesta melompat dari jembatan penyebrangan yang sekarang dipijaknya. Lalu tubuhnya jatuh dan dihempaskan kendaraan yang lewat. Terkapar di jalanan dengan tubuh berlumur darah.

Adakah yang menolongnya? Adakah yang menangisi keadaannya? Dan jika ia pergi, ada yang kehilangan dirinya?

Semesta sering memikirkan hal itu. Tapi jawaban yang dia dapatkan hanyalah ketiadaan. Tidak akan ada yang mungkin kehilangan dirinya. Mereka akan melanjutkan hidup seperti biasa dan mungkin akan lebih bahagia jika dirinya tiada. Bukankah dia hanya benalu dalam keluarganya?

Helaan nafas lelah terdengar. Meski sedikit takut dengan ketinggian, tapi terkadang, hasrat untuk melompat dari jembatan itu terlintas dalam pikiran.

"Apa artinya hidup?"

Apa arti hidup untuknya jika yang dia rasakan hanya hampa. Tidak ada tujuan dalam hidupnya. Lalu untuk apa dia hidup?

"Pengen tau siapa mama. Kalau masih hidup, pengen ketemu juga."

Semesta tulus mengatakannya. Setidaknya, sekali saja dia ingin melihat wanita yang melahirkannya. Dia tidak membenci mamanya meskipun wanita itu membuangnya. Semesta malah merindukan wanita itu meski tidak pernah tahu paras wajahnya.

 Semesta malah merindukan wanita itu meski tidak pernah tahu paras wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang