Khawatir

309 55 9
                                    

"Bang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bang...bang Cakra..."

Cakra tak menghiraukan panggilan dari adiknya. Rasa khawatirnya kini lebih besar dari apapun. Inginnya memberi kejutan pada putranya, malah dia yang diberi kejutan tepat setelah turun dari penerbangannya.

"Rin..."

Wanita yang baru saja keluar dari salah satu ruang rawat itu menoleh.

"Pak Cakra..."

"Gimana keadaan Semi?"

"Kondisinya udah lebih baik. Tadi sempet sadar, tapi sekarang udah tidur lagi."

"Syukurlah."

Cakra langsung menghela nafas lega. Dia langsung memesan penerbangan untuk kembali ke tanah air begitu kondisi ibunya dinyatakan baik-baik saja. Tapi begitu tiba, supirnya mengatakan jika Arin dan putra bungsunya sedang berada di rumah sakit. Semesta ditemukan tidak sadarkan diri di kamarnya setelah pelayan mendobrak pintu kamarnya atas permintaan Arin.

"Tuh kan...dia itu cuma nyari perhatian. Abang terlalu khawatir."

Cakra menggeleng tidak peduli sementara Arin menatap sinis sahabatnya.

"Pak Cakra mau ketemu Semi? Tapi bersih-bersih dulu ya kalau bisa."

Bukan tanpa alasan Arin meminta. Kondisi Semesta kini sedang turun dan sebisa mungkin mereka yang mengunjungi harus dalam kondisi steril.

"Iya. Saya cuma mau tau kondisi Semi."

"Abang udah tau kan? Sekarang mending kita pulang, istirahat."

"Abang nggak ngajak kamu kesini, Bi. Kamu bisa pulang kalau mau."

Cakra memang tidak mengajaknya. Tapi Abian entah kenapa malah mengikuti abangnya daripada pulang bersama di kembar.

Cemburu. Pasti hanya cemburu karena Cakra nanti cuma berdua sama Arin kalau dia tidak ada.

"Kamu bisa pulang kalau kamu lelah, Rin."

"Lelah apa sih pak? Orang liburan juga kerjaan saya cuma glundang-glundung aja."

"Kamu besok kan kerja, Rin." Abian ikut menambahi.

"Kerjanya kan besok. Sekarang kan enggak."

"Kamu ngapain sih maksain diri? Lagian kerjaan kamu itu di kantor. Selain di kantor kamu nggak perlu ngurusin keluarga abang."

"Kamu yang kenapa? Aku emang kerja sama pak Cakra dan soal Semi itu bukan urusan kerjaan. Kalau kamu lupa, aku nggak pernah risen dari kerjaan ku dulu."

"Tapi..."

"Kamu nggak perlu ingetin aku punya utang sama kamu. Aku janji bakal ngelunasin semuanya."

"Bukan gitu-..."

"Pak, saya mau ke kantin dulu. Bapak mau titip?"

"Nggak. Kamu aja. Saya tunggu disini."

"Kalau pak Cakra mau pulang dulu nggak apa. Saya bentar kok. Lagian tadi saya udah bilang ke perawat buat titip Semi dulu."

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang