Nyonya Besar

257 45 16
                                    

Arin akhirnya tahu apa yang dimaksud Abian tentang melindungi Semesta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arin akhirnya tahu apa yang dimaksud Abian tentang melindungi Semesta. Entah apa yang terjadi dalam keluarga ini, tapi yang bisa Arin simpulkan adalah, sang nyonya besar atau ibu dari tuan Cakra tidak menerima adanya sosok Semesta dalam keluarga Sanjaya. Terbukti ketika wanita paruh baya itu datang, dia hanya membawa oleh-oleh untuk ketiga cucunya. Sedang untuk Semesta, dia melupakannya.

Semesta sendiri hanya bisa diam dan memandang penuh keirian. Tapi tak ada yang bisa ia lakukan. Semesta paham dan sadar jika sang nenek tidak pernah menerimanya. Tidak diusir saja sudah baik menurutnya.

Lain lagi dengan Arin yang sebenarnya kesal melihat pemandangan di depannya. Bagaimana bisa ada orang yang membenci anak selucu dan si menggemaskan Semesta? Tapi dia bisa apa? Dia hanya pengasuh yang tidak memiliki hak apa-apa disini. Dan mengingat pesan Abian, lebih baik dia membawa Semesta pergi daripada melihat pemandangan yang menyakitkan hati.

"Hemm... daripada bosen, gimana kalau kita gambar aja?"

Semesta menggeleng. Dia malah mempraktekkan seseorang yang sedang menyanyi dan menunjuk Arin.

"Kamu nyuruh aku nyanyi?"

Anggukan Semesta berikan.

"Heh...kecanduan suaraku yo kamu? Tapi aku lagi males nyanyi. Tenggorokan ku serak. Nonton film aja gimana? Kita nonton bioskop disini?"

Arin bisa melihat Semesta mengangguk heboh. Dia lalu langsung menarik Arin untuk mempersiapkan semuanya. Arin tertawa dengan antusias Semesta. Dia sendiri akhirnya memilih film yang akan mereka tonton nanti. Semesta dengan cepat menutup semua tirai kamarnya dan menarik rak berisi banyak makanan ringan yang memang tersedia di kamarnya.

"Nonton ini aja gimana? Apa mau nonton yang lain?"

Semesta menunjuk kaset yang ada di tangan Arin. Sebenarnya semua film yang ada di kamar Semesta aman untuk dinikmati karena Cakra tentu membatasi tontonan anak-anaknya. Sebenarnya mereka bisa memilih film di televisi, namun baik Semesta atau Arin lebih suka melihat dari kaset film.

Lampu dimatikan agar suasana lebih menghayati. Semesta kembali mendekat pad Arin yang menyambutnya ke dalam pelukan. Menit demi menit terlewati. Terlalu larut dan menikmati film yang tersaji, mereka bahkan melupakan berapa lama waktu terlewati. Tak peduli juga hal lain di luar yang menanti. Pejaman mata menandakan keduanya telah terbang ke alam mimpi.

 Pejaman mata menandakan keduanya telah terbang ke alam mimpi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang