Tak Disangka

225 51 25
                                    

Eh liat tuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eh liat tuh.

Kok nggak bareng abangnya?

Pasti nggak dianggap ya.

Iya lah...anak haram.

Bikin rumah tangga orang berantakan.

Masih punya muka? Kalau gue sih enggak.

Semesta tidak peduli dengan suara-suara yang ia dengar setiap hari. Memilih sekolah umum nyatanya membuatnya tidak lebih baik dari sebelumnya. Niat hati ingin melupakan kesedihan, yang didapat malah kesakitan.

"Minta duit."

Belum lagi murid-murid berandalan yang berlindung di balik nama besar orang tuanya. Semesta hanya memandang datar mereka tanpa berniat menjawabnya permintaannya.

"Kan dia bisu, mana mungkin bisa jawab."

"Biasanya kalau bisu budek juga nggak sih?"

"Eh iya...lupa."

Lalu tawa keras terdengar di sepanjang lorong. Semesta tetap diam. Dia tak perlu sakit hati karena ditertawakan. Toh yang mereka katakan memang kenyataan. Entah darimana mereka tahu, kabar dirinya yang anak haram memang dengan cepat menyebar. Lelah mendengar tawa mereka, Semesta berniat pergi sebelum lengannya ditahan. Netranya menatap tajam tangan yang menahan lengannya hingga cekalan itu terlepas.

"Mulai berani lo? Lo pikir lo siapa?"

Sungguh Semesta bosan menghadapi bocah-bocah sok jagoan ini. Seperti biasa, tubuhnya akan diseret ke tempat sepi dan dijadikan samsak tinju oleh orang yang dianggap bos oleh mereka. Yang membuat mereka berani melakukannya karena Semesta hanya diam dan tak melakukan perlawanan. Semesta adalah anak yang cocok mereka jadikan korban.

Setiap pukulan itu menyakitinya, tapi Semesta telah terbiasa. Bukan dirinya lemah, Semesta tak selemah itu hingga tak bisa melawan. Tapi mereka bukan hanya satu. Jika dirinya melawan, maka yang lainnya ikut membalas. Dia tidak memiliki teman. Dalam situasi seperti ini, pasrah lebih baik dilakukan. Semuanya seperti pertaruhan. Pilihan yang ada hanya ditinggalkan karena mereka telah bosan atau sekarat dan kembali ke pangkuan Tuhan.

Tapi hari ini mereka sepertinya sedang malas. Pukulan yang dilayangkan tak selama kemarin. Semesta ditinggalkan begitu saja dalam keadaan tersungkur dan kesakitan. Tubuhnya menggulung seperti janin. Meski katanya sudah terbiasa, tapi rasa sakit yang ditimbulkan selalu luar biasa. Bayangkan saja, luka yang selalu bertumpuk setiap harinya, tidak pernah diobati apalagi diperiksa. Entah apa yang bisa terjadi dengan organ di dalam tubuhnya.

Semesta bangkit perlahan karena nyeri yang menyerang. Kepalanya sedikit pening karena tidak sarapan. Belum lagi bel yang sudah berbunyi beberapa menit lalu menandakan dia sudah terlambat mengikuti pelajaran. Maka pergi ke UKS adalah jawaban. Dengan tertatih Semesta berjalan. Tak peduli dengan murid dan guru lain yang memandang aneh padanya, toh mereka juga hanya bisa mencibir dan menghujatnya.

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang