▶️ Saya hanya meminjam tokoh, namun nama dan ide cerita adalah murni dari pemikiran saya.
▶️ Cerita berpusat pada Semesta (Hyunjin).
▶️ Saya membuat cerita karena hobi, bukan untuk memenuhi memenuhi ekspektasi. So...jangan dibaca kalau tidak suka.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arin benar-benar pulang dan sosoknya nyata, bukan khayalan Semesta saja. Kondisinya jauh lebih baik daripada yang bisa Semesta ingat. Wanita itu kini juga sedikit berisi, bukti Abian menjaganya dengan baik selama ini.
"Semi..."
Wanita itu kembali mendekati Semesta. Tapi hatinya kembali sakit ketika pemuda itu tak merespon seperti sebelumnya.
"Kamu marah sama kakak?"
Marah? Apa Semesta berhak marah?
"Kenapa aku harus marah? Bukannya aku yang salah?"
Kalimat itu adalah yang terpanjang diucapkannya sejak Arin kembali ke rumah ini.
"Kenapa ngomong kayak gitu?"
Semesta mengepalkan tangannya. Berusaha menahan sesak di dada. Berhadapan dengan Arin selalu membuat emosinya naik turun. Bukan dia ingin marah kepada Arin, justru Semesta ingin marah pada dirinya sendiri.
"Maafin kakak, Semi."
Gelengan Semesta berikan.
"Kalau ada yang harus meminta maaf, aku satu-satunya yang harus meminta maaf. Maaf udah buat kakak merenggang nyawa malam itu. Harusnya aku tau kalau aku nggak bisa apa-apa dan cuma ngrepotin aja."
"Semi..."
"Semua memang nggak nyalahin aku. Tapi aku sadar diri kalau aku salah. Lebih baik kalian bilang dan marahin aku, daripada kalian diam dan bertindak seolah-olah aku nggak ada."
Tanpa permisi Semesta pergi meninggalkan Arin seperti sebelum-sebelumnya. Pembicaraan diantara mereka tak pernah selesai dan selalu terhenti.
Arin merasakan sakit di hati. Harapannya ketika kembali adalah mendapat pelukan rindu dan ucapan sayang dari anak-anak asuhnya. Tapi ekspektasi nyatanya tak seindah realita. Semua yang ada disini berbeda jauh dengan sebelumnya. Harusnya Arin tahu karena waktu yang dia tinggalkan bukan waktu yang sebentar.
"Kamu nggak perlu minta maaf Rin. Semua memang salah dia."
Arin menatap tajam Abian yang baru saja tiba.
"Kok kamu ngomong gitu?"
"Ya emang bener kan?"
Apa yang terjadi selama dia tak ada?
"Bi...kita udah ngomongin itu semua. Dan pelaku juga udah dihukum sesuai kejahatannya. Semua cuma kebetulan. Kalau ada yang salah, yang penjahatnya yang salah."
"Tapi kita udah denger alasannya kan? Karena siapa penjahat itu akhirnya nyerang kalian karena ngerasa terancam?"
"Dia itu keponakan yang kamu bilang kesayangan mu loh Bi."
"Semua bisa berubah Rin."
Arin menggeleng kepala. Ada apa sebenarnya dengan Abian?