▶️ Saya hanya meminjam tokoh, namun nama dan ide cerita adalah murni dari pemikiran saya.
▶️ Cerita berpusat pada Semesta (Hyunjin).
▶️ Saya membuat cerita karena hobi, bukan untuk memenuhi memenuhi ekspektasi. So...jangan dibaca kalau tidak suka.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mau kemana?"
Arin yang akan membuka pintu kini menarik lagi tangannya. Tubuhnya berbalik dan mendapati Abian kini tengah memandangnya dengan tatapan penuh selidik. Apalagi melihat totebag yang ada di tangannya, Abian seakan menuntut jawaban.
"Ke rumah sakit."
Alisnya berkerut tanda bingung.
"Siapa yang sakit?"
Kini ganti Arin yang bingung. Dia memang belum mengatakan perihal Semesta pada Abian. Tapi apakah Cakra juga tidak memberitahu adiknya?
"Semi."
Wajah kebingungan itu berganti raut datar. Seakan tak lagi peduli dengan siapa yang sakit.
"Ngapain kamu kesana? Bang Cakra pasti juga udah disana kan?"
"Aku mau anter baju ganti sama makanan buat pak Cakra sama Semi."
"Ngapain sih Rin? Bang Cakra yang nyuruh kamu?"
"Nggak ada. Aku sendiri yang mau anterin barangnya pak Cakra. Kata mbak, pak Cakra pasti nggak akan inget makan kalau gini."
Mendengar Arin mau repot-repot untuk Cakra membuat Abian sedikit panas. Tak dipungkiri dia terbakar cemburu karena merasa abangnya itu selalu lebih unggul darinya. Arin selalu memberi perhatian tanpa Cakra meminta. Sedangkan dia harus mencari cara agar Arin mau memperhatikannya.
"Kenapa perhatian banget kamu sama bang Cakra? Suka kamu sama dia?"
Pertanyaan Abian yang sedikit sinis membuat Arin hampir terpancing emosi.
"Opo sekamu ini? Aku ini juga kerja di abangmu loh. Kok gini aja kamu sewot?"
"Tapi ini bukan bagian dari pekerjaan. Kenapa kamu repot-repot urusin bang Cakra?"
Arin mendengus kesal.
"Maksud mu? Kok kamu juga ikut ngurusin urusan ku se Bi?"
"Aku yang bawa kamu ke sini. Apa yang jadi urusan mu jadi urusan ku juga."
Arin langsung terdiam. Memang benar Abian yang membawanya kemari.
"Aku tau. Aku udah bilang kan kalau kamu mau bebasin aku, aku bakal balikin semua biaya yang kamu keluarin buat aku. Jadi kamu nggak perlu ngungkit lagi."
"Rin...bukan gitu maksud aku."
"Nggak apa Bi. Aku paham kok. Aku janji bakal balas semuanya. Udah ya, keburu malem."
Arin langsung bergegas tanpa menunggu Abian membalas. Sementara Abian mendengus keras dan merutuki mulutnya yang berbicara tanpa tahu batas. Dia tidak bermaksud mengungkit apa yang pernah dia berikan untuk Arin. Tapi karena rasa cemburu, Abian malah mengatakan hal yang tidak sesuai dengan hatinya.
"Sial!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.