Sampai Kapan

225 46 22
                                    

"Kak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak...yang jemput papa apa abang?"

"Hm? Kayaknya abang deh. Soalnya papa ada urusan bentar. Tapi habis selesai urusan nanti langsung pulang ke rumah kok. Nggak apa kan?"

Semesta menggeleng sampai rambutnya yang panjang ikut bergoyang. Memang selama berada di rumah sakit, Semesta tidak pernah memotong rambutnya. Jadilah sekarang rambutnya tumbuh memanjang. Apalagi rambut Semesta itu cepat sekali tumbuhnya. Tapi tidak perlu khawatir tak terawat karena ada Arin yang dengan senang hati membantu Semesta mencuci rambutnya.

Hari ini Semesta diperbolehkan pulang dengan banyak syarat yang diberikan oleh dokter. Salah satunya harus benar-benar harus beristirahat sesuai anjuran dan tidak berpikir berat. Juga tidak boleh melewatkan terapi dan kontrol sesuai dengan jadwal yang telah diberikan.

Semesta iya iya saja. Daripada di rumah sakit lebih lama malah membuatnya lebih sakit, lebih baik berada di rumah. Papa dan abang-abangnya juga tidak akan repot karena harus bolak-balik kemari untuk menjenguknya.

"Nanti mau mampir beli sesuatu?"

Arin menawarkan, namun gelengan Semesta berikan sebagai jawaban.

"Abang udah siapin jajan di rumah, jadi nggak boleh jajan di luar."

Trio kemarin telah mewanti-wanti adiknya agar tidak membeli makanan di luar karena mereka yang akan menyediakan di rumah sebagai pesta penyambutan.

Arin tersenyum melihat betapa antusiasnya Semesta menceritakan semua. Remaja sok dewasa dan keras kepala yang ia lihat sebelumnya kini seperti kembali menjadi bocah lima tahun yang selalu digendongnya. Dari dulu Semesta selalu berusaha melakukan apapun sendiri. Berusaha bersikap dewasa walaupun usianya masih pantas untuk bermanja. Tapi melihat banyak kasih sayang yang diberikan keluarganya, sepertinya sifat itu muncul. Meski malu-malu, tapi Arin tahu jika Semesta suka dimanja oleh abang-abangnya.

"Udah?"

Anggukan penuh semangat itu Semesta berikan. Arin tertawa gemas karenanya. Dibantu supir yang telah diutus Cakra, Arin menuntun kursi roda Semesta menuju mobil yang akan membawa mereka ke rumah keluarga Sanjaya.

Semesta tersenyum di sepanjang perjalanan mereka. Saat Arin bertanya, maka bocah itu akan menjawab jika ia senang telah diperbolehkan pulang. Meski terbiasa keluar masuk rumah sakit, tapi Semesta tetap tidak terbiasa berada di sana.

"Papa kira-kira udah pulang belum, kak?"

"Hm? Mungkin udah."

Tapi Arin memandang handphonenya yang menunjukan ikon memanggil tanpa ada respon sejak tadi.

Tapi Arin memandang handphonenya yang menunjukan ikon memanggil tanpa ada respon sejak tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang