Target

256 45 14
                                    

"Inget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Inget...lo jangan bertindak sendiri. Kita bakal nungguin Joel dateng dulu biar mereka bisa ditangkep sekalian."

Wira mengingatkan temannya. Dia takut Abian bertindak gegabah. Kini keduanya sedang memantau target mereka bersama beberapa orang dari Wira. Menurut info dari detektif yang mereka sewa, Lukas akan bertemu dengan Jamal malam ini di rumah kosong yang tak jauh dari rumah yang ditinggali Lukas selama disini. Dan mereka juga telah memastikan jika orang itu benar-benar Lukas Adrian, mantan sekretaris Cakra Buana.

Beberapa orang telah bersembunyi di tempat-tempat yang tak terlihat. Rencananya, Joel akan membawa beberapa anggotanya untuk membantu Abian menangkap Lukas dan Jamal. Diketahui selain menjadi pesaing dari perusahaan milik Cakra, Jamal juga memiliki usaha lain yang tidak diketahui orang-orang. Beberapa tindak ilegal juga menyeret namanya. Namun karena tidak ada bukti yang kuat, mereka tak bisa menyeret Jamal begitu saja. Karena sekarang ada kesempatan, maka pihak kepolisian akan menggunakan sebaik-baiknya.

"Itu Lukas bukan?"

Seorang menggunakan jaket hitam dengan tudung yang menutupi kepalanya keluar dari rumah yang sedari tadi mereka incar. Lelaki yang kira-kira setinggi Yonanta itu menoleh ke kanan dan kiri rumahnya, memastikan keadaan aman. Lalu lelaki itu berjalan perlahan dan penuh kehati-hatian ke arah rumah kosong yang telah diberitahukan sebelumnya.

"Semua tetep hati-hati. Jangan mulai nyerang duluan sebelum polisi datang. Ingat, kita nyari bukti disini, bukan nyari mati."

Wira mengomando lewat alat komunikasi pada teman-temannya. Dia tidak ingin jatuh korban malam ini, karena tujuan mereka hanya menangkap Lukas dan membawa dokumen-dokumen yang dibawanya. Setelah itu terserah pada polisi yang ingin menangkap dan mengadilinya.

Abian tetap berfokus pada Lukas. Ada rasa marah karena Lukas mengkhianati abangnya. Cakra begitu baik pada pemuda seumurannya itu. Tapi Lukas membalas kebaikan Cakra dengan pengkhianatan.

"Bi...tahan emosi lo. Inget, kita butuh dokumen sama bukti. Lo nggak usah ikut bertindak."

Abian hanya melirik Wira tanpa berniat menjawabnya. Entah apa yang ada di pikiran adik dari Cakra itu.

Wira dan Abian mengendap-endap mengikuti Lukas. Wira berkali-kali mengecek jam tangan dan handphonenya. Tak lupa mode silent telah ia aktifkan. Mereka menunggu kabar dari Joel dan pihak kepolisian. Tapi sampai sekarang tak ada pemberitahuan apapun yang terlihat di layar handphonenya.

"Keburu ilang targetnya. Lelet banget."

Wira bergumam kesal. Target sudah di depan mata, tapi Joel dan kawannya entah dimana. Abian tahu kenapa temannya itu kesal. Untuk itulah ia malas jika harus melibatkan polisi. Terlalu banyak tata cara yang harus dilakukan. Seharusnya dalam keadaan mendesak mereka mendahulukan tindakan daripada sekedar tata cara apa-apa yang harus dilakukan.

"Kita sendiri aja. Lama nunggu polisi. Bisa jadi mereka emang nggak dateng. Cuma ngumpanin kita aja."

Abian langsung pergi selesai mengucap. Wira tak bisa berteriak atau mereka akan ketahuan. Mau tak mau ia mengikuti Abian. Di depan sana Lukas telah memasuki halaman rumah tak berpenghuni itu. Tidak banyak yang mau lewat sini, karena selain sepi, rumah kosong itu menambah kesan mengerikan di malam hari. Belum lagi banyak beredar cerita horor karena di rumah itu pernah menjadi TKP pembunuhan. Juga tempat ini sering menjadi saran preman untuk mabuk-mabukan. Makin-makinlah orang enggan melewatinya meskipun di siang hari.

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang