Kakak Arin

266 48 2
                                    

Satu bulan telah berlalu sejak Arino diterima bekerja sebagai pengasuh dari si bungsu, Semesta Hazel Sanjaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu bulan telah berlalu sejak Arino diterima bekerja sebagai pengasuh dari si bungsu, Semesta Hazel Sanjaya. Pekerjaan Arin tidak begitu berat seperti apa yang dia bayangkan sebelumnya. Bahkan dia tidak seperti pengasuh, dia lebih mirip kakak yang selalu menemani adiknya.

Abian mengatakan padanya jika sebelumnya Semesta selalu dibantu oleh pengasuhnya saat melakukan sesuatu. Tapi dengan Arin, Semesta mau belajar melakukan semuanya sendiri. Yah...meski sesekali Arin akan tetap membantunya.

"Bi... sebenarnya aku mau tanya soal Semesta. Tapi kalau emang kamu ndak mau jawab juga ndak opo. Aku ndak maksa." Ucap Arin pada suatu kesempatan ketika Cakra tidak ada di rumah.

Cakra ada urusan bisnis di luar kota yang mengharuskan dia pergi untuk beberapa hari. Arin menawarkan diri untuk ikut mengawasi anak-anaknya yang lain bersama Abian. Dan dalam kesempatan ini, Arin ingin mengetahui lebih banyak tentang Semesta.

"Kan abangku sudah pernah cerita."

"Iyo seh. Ya wes lah...aku ngerti kalau itu terlalu privasi."

Cakra telah memberitahu kondisi Semesta saat dia menandatangani kontrak kerjanya dulu. Semesta itu sebenarnya bocah normal, hanya saja sedikit istimewa katanya. Usianya lima tahun, tapi tubuhnya lebih kecil daripada anak seusianya. Kondisinya sejak kecil memang tidak begitu baik. Ada beberapa makanan yang tidak bisa dan tidak boleh dikonsumsi bocah itu. Selain itu, tubuhnya juga memiliki imun yang buruk. Sekali dia sakit, maka akan sulit memulihkan kembali kondisinya.

Tapi yang membuat Arin penasaran, tentang Semesta yang tidak bisa berbicara. Mungkin bukan tidak bisa, tapi tidak mau. Arin yakin Semesta sebenarnya bukan seorang tunawicara. Pasti ada suatu yang membuat bocah itu tidak mau berbicara.

"Dew..."

"Hm..."

"Kamu kerasan kerja disini?"

Arin yang tadi asik melamun dengan kedok melihat siaran televisi pun menoleh pada Abian.

"Yo nek ora kerasan ngopo aku sek disini?"

(Ya kalau aku nggak kerasan kenapa aku masih disini?)

"Ya sapa tau kamu kepepet aja."

"Emang kepepet. Kan aku butuh kerja."

"Jadi kalau ada kerjaan lain kamu bakal pergi?"

"Tergantung. Ngopo seh kamu tanya? Mau mengalihkan topik yo?"

"Idih...nggak lah. Lah kamu katanya nggak perlu aku cerita."

"Ya wes."

Arin kembali mengalihkan pandangan pada televisi. Malas berdebat dengan Abian. Ngomong-ngomong, anak-anak sedang tidur siang dan Arin memilih bersantai karena dia sedang tidak ingin tidur siang hari ini.

"Semi itu...ya kayak yang diceritain abang ke kamu."

Abian membuka suara. Arin lalu kembali mengalihkan perhatian sepenuhnya pada sahabatnya kali ini.

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang