228 - Back to Paris

317 92 17
                                    

.

.

Jangan bilang kamu lupa Raesha sudah menikah! Hadeuuhhh!

.

.

***

Raesha terbangun lebih dulu. Tersadar kalau sekarang dia ada di Pondok Mertua Indah, a.k.a apartemen mertuanya. Masa bulan madu sekian hari itu telah berlalu, tapi aktivitas bulan madunya masih terus berlanjut. Maka pagi ini pemandangan tubuh polos suaminya yang ditutupi sebagian dengan selimut, masih mewarnai harinya. Sebagaimana dia menemukan tubuhnya tanpa sehelai benang pun.

Yang agak sulit dengan kondisi saat ini adalah, di kamar mereka tak ada akses langsung ke kamar mandi. Artinya, mereka tidak bisa melenggang santai ke kamar mandi tanpa busana.

"Sayang, bangun," kata Raesha seraya mengguncang tubuh suaminya.

Ilyasa membuka mata. "Kenapa? Sarapan udah siap?"

Raesha meringis mendengarnya. "Boro-boro sarapan. Aku baru bangun. Harus mandi keramas dulu," bisiknya.

"Ya udah sana. Kamu duluan, deh. Ntar aku mandi habis kamu. Aku mau tidur lagi," kata Ilyasa memunggungi istrinya.

Raesha turun dari ranjang dan mengenakan kimono tidurnya. Menyiapkan baju ganti dan pakaian dalam, tak lupa handuk. Perlengkapan mandinya semalam sudah dia letakkan di kamar mandi luar.

Dengan malu-malu, Raesha membuka pintu kamar sedikit, mengintip. Masih sepi. Tapi dia bisa mendengar suara memasak dari dapur. Uh oh. Mertuanya sudah bangun dan dengan cekatannya memasak sarapan. Sementara dirinya menantu pemalas, baru bangun jam segini dan belum mandi junub pula.

"Sudah bangun, Raesha?" sapa Ahn Jeong, ibunya Ilyasa. Mertua Raesha.

Raesha nyengir malu. Padahal berharap dia bisa ke kamar mandi tanpa ketahuan. Tadi sebelum Subuh, sukses tidak ketahuan karena masih sepi. Sekarang mentari sudah terbit. Kalau dia mandi jam segini, tanpa sarapan terlebih dulu, itu adalah tanda bahwa dia hendak mandi junub sebelum makan minum. Oh malunya ... !

"I-Iya, Bu. Maaf aku baru bangun," jawab Raesha tertunduk.

"Kok minta maaf?" wanita cantik berkulit putih yang rambutnya dicepol itu, tertawa saat bertanya.

"Aku gak enak. Ibu udah masak jam segini. Aku malah baru bangun."

"Ya ampun. Ngapain gak enak segala. Ibu maklum, lah. Ibu 'kan dulu juga pernah ngerasain bulan madu," ucap Jeoung tertawa.

Muka Raesha merah sekarang.

"Ya sudah sana, kalau mau ke kamar mandi. Nanti kalau sarapan sudah siap, Ibu taruh di meja makan. Kalau kamu dan Yasa sudah lapar, kalian bisa makan duluan," kata Jeoung menepuk lembut pundak Raesha.

"Iya, Bu. Aku ke kamar mandi dulu," Raesha permisi sambil membungkuk sopan. Ibu mertuanya sangat baik. Raesha bersyukur, kehidupannya bersama mertua tidak seperti di novel-novel rumah tangga yang berisi pertikaian antara menantu dengan mertua.

Selepas mandi, Raesha kembali ke kamar hendak membangunkan suaminya.

"Sayang, bangun. Mandi, biar bisa sarapan," kata Raesha yang rambutnya masih basah dan acak-acakan. Belum sempat mengeringkan rambut.

Ilyasa membuka mata dan tersenyum menggoda, melihat istrinya yang cantik. "Sayang, aku 'pengen' lagi," ucapnya manja.

Pipi Raesha merah padam. "Serius? Baru aja aku selesai mandi."

"Nanti mandi lagi. Kalau perlu, mandinya bareng aku," kata Ilyasa beranjak duduk dan mulai menciumi leher Raesha.

Wajah Raesha pucat pasi. Ngawur aja suaminya! Mana mungkin mereka mandi bareng, di kamar mandi itu, yang untuk mencapainya saja, sulit untuk tidak kepergok mertuanya.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang