389 - Waspada

191 63 6
                                    

.

.

Orang baik begini, dibilang harus diwaspadai? Kenapa sih Kak Yunan?

.

.

***

Semua yang disorot Ishaq dengan kamera ponsel milik Raesha, nampak terkejut. Terutama sekali Raesha. Dia sungguh tidak tahu kapan Ishaq merogoh-rogoh ponselnya di dalam tas?  Dan kenapa pula harus video call Yunan sekarang? Saat dia tidak sengaja bertemu Malik di taman bermain Kemang?

Suara omelan Yunan, terdengar melalui pengeras suara ponselnya. Menyadarkan Raesha dari syoknya. Ia segera merampas ponsel miliknya dari tangan Ishaq, lalu berjalan cepat menjauh dari kafe, bahkan tanpa pamit pada Malik. Malik terheran-heran melihatnya.

"Yah, Ibu. Aku lagi video call-an sama Om Yunan!" keluh Ishaq dengan nada manja.

"Kamu sih. Harusnya minta izin dulu sama Ibu, kalo mau pake hape Ibu buat video call Om Yunan," kata Ismail sambil mengeringkan rambut dengan handuk.

"Tapi itu 'kan hape Ibu!" kilah Ishaq.

"Justru karena itu hape Ibu, kamu harus minta izin dulu sama Ibu," jelas Ismail melengos.

"Hape Ibu, artinya hape aku juga!" kata Ishaq ngotot.

Ismail geleng-geleng. Dia tidak tahu, dari mana keras kepala Ishaq berasal?

Malik diam-diam mendengarkan percakapan kakak adik itu.

"Apa Om Yunan selalu melarang ibu kalian jalan-jalan atau pergi dengan temannya?" tanya Malik, berusaha untuk tidak terlihat ingin tahu tentang Raesha dan Yunan, terutama di depan Ismail yang kelihatannya lebih cerdas dibanding anak-anak seusianya.

"Ibu gak pernah jalan bareng temannya, Ustaz. Selama ini, Ibu jalannya sama Bapak, tapi sekarang Bapak udah gak ada. Kalau Om Yunan, bukan Bapakku, tapi aku anggap Bapakku sendiri. Soalnya, Om Yunan sayang sama Ibu, dan Ibu juga sayang sama Om Yunan," ceplos Ishaq.

Penjelasan Ishaq membuat Malik nampak berpikir.

"Ishaq!" bisik Ismail tertahan. Sementara Ishaq mengernyit alisnya. Kenapa? Aku salah ngomong apa? pikirnya.

"Om Yunan bukan kakak kandung Ibu, Ustaz. Tapi sudah seperti kandung, karena Om Yunan dulu yang merawat Ibu sejak bayi sampai remaja," jelas Ismail tersenyum.

"Ooh," gumam Malik. Dia sudah tahu dulu dari Arisa, bahwa Yunan yatim piatu, lalu diangkat anak oleh keluarga menengah ke atas di Jakarta, sebelum akhirnya menjadi Tuan Muda di keluarga kaya raya. Keluarga Danadyaksa, pemilik Danadyaksa Corp.

Tapi tidakkah kalimat 'merawat Raesha sejak bayi sampai remaja' itu tidak berlebihan? Memangnya Ibunya Raesha ke mana? Kenapa Yunan yang sibuk merawat Raesha? Tunggu. Saat Arisa dulu sering curhat padanya bahwa dirinya merasa diabaikan Yunan, kapan terjadinya? Saat Yunan merawat Raesha remaja?

.

.

Raesha berusaha menutup speaker ponsel sebisanya. Ia berdiri di bawah pohon kelapa, menghadap pagar luar taman bermain, membelakangi jalur orang melintas.

Suara Yunan masih terdengar lantang di ujung sana. Membuat jantung Raesha berdebar cemas.

"Apa yang tadi Kakak lihat?? Rae! Jangan bilang kamu janjian liburan sama Malik! Kalian ada di mana?? Benar-benar kamu ini!"

"B-Bukan gitu, Kak! Beneran! Aku gak sengaja ketemu dia pas aku ngajak anak-anak jalan ke taman bermain!" jelas Raesha dengan suara tertahan.

"Kenapa dia duduk di dekat kamu dan anak-anak?? Itu bisa membuat orang yang melihat kalian, salah paham!"

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang