.
.
"Kamu gak boleh lagi nonton acara itu!"
.
.
***
Yunan masuk ke dalam rumahnya, disusul istrinya dari belakang. Pintu kamar nyaris seperti dibanting, saat Yunan masuk ke dalamnya.
Dikira mau apa, ternyata Yunan merebahkan tubuhnya di kasur, setelah sebelumnya melempar jaket ke meja nakas.
Arisa melepas hijabnya dan dengan takut-takut, mendekati suaminya dari belakang.
"Jangan ganggu aku."
Tiga kata itu, membuat tangan Arisa urung menyentuh suaminya. Punggung Yunan terlihat dingin untuk ditatap. Arisa menggigit bibir sebelum air matanya jatuh.
"M-Maaf, sayang. Aku gak bermaksud nyembunyiin dari kamu. Aku cuma khawatir kalau kamu -- soalnya, ini melibatkan Raesha. Dan kita tidak tahu pasti, apa Malik tahu kalau Raesha adalah --"
Yunan bangkit terduduk. "Tidak tahu pasti?? Apa maksudmu? Jelas dia tahu!! Jelas dia tahu kalau Raesha adikku!!"
Dengan tangan gemetar, Arisa menyentuh bahu suaminya. "I-Iya. Tapi, sekalipun dia tahu, mungkin ini semua murni kebetulan saja. Dia mungkin tidak punya niatan apa-apa. Murni hanya karena dia diminta jadi ustaz di acara itu."
"Kita memang tidak tahu apa niatnya. Tapi yang jelas, aku tidak suka caranya berpura-pura tidak kenal aku di video call tadi! Aku juga tidak suka dia membawakan acara itu bersama Raesha! Mereka seperti sengaja dipasangkan berdua!"
Arisa menelan saliva. "T-Tapi, sayang. Kamu sebaiknya jangan membahas ini dengan Raesha," bujuk Arisa.
"Aku akan suruh Raesha berhenti dari acara itu!!" pekik Yunan lantang.
Arisa ternganga syok. Pipinya masih basah dengan air mata yang belum sempat disekanya. "J-Jangan begitu, sayang. Raesha baru saja bangkit dari kesedihannya setelah ditinggal pergi mendadak oleh Ilyasa. Lagipula, apa yang mau kamu jelaskan ke Raesha? Kamu akan bilang kalau kamu dulu merebut aku dari Malik?"
"Biar itu jadi urusanku nanti ke Raesha. Yang jelas, aku gak suka Raesha dipasangkan sama orang itu!" Yunan berkata ketus, sebelum kembali merebahkan tubuhnya di kasur, membelakangi istrinya.
Arisa mengelus dada. Suaminya kalau sudah ada persoalan menyangkut Raesha, auto-berubah jadi anak kecil.
"Kamu juga!" seru Yunan, masih sambil memunggungi Arisa.
"Hah?" sahut Arisa bingung.
"Kamu gak boleh lagi nonton acara itu! Aku gak sudi kamu mandangin mantan pacarmu itu walaupun lewat TV! Kalau sampai aku dengar kamu masih nonton acara itu, aku akan marah!"
Arisa bengong. Muka Arisa perlahan merona merah. Yunan cemburu kah? Seumur hidup, baru kali ini lihat Yunan cemburu. Eh. Dulu pernah sih, waktu mergokin Malik menyambangi rumahnya, dulu waktu Arisa dan Yunan masih dekat, jauh sebelum mereka putus. Sekarang, yang membuat Yunan cemburu juga orang yang sama, Malik.
"Atau jangan-jangan kamu masih simpan nomor dia? Kalau nomornya masih ada di hapemu, hapus sekarang juga!" kata Yunan tegas, masih tidak mau menatap istrinya, sebab dia merasa mukanya panas sekarang. Ini sebenarnya memalukan. Padahal biasanya dia tidak seperti ini. Seperti anak bocah ngambek.
"Nomor Malik sudah kuhapus setelah kamu melamarku dulu. Aku minta maaf. Aku gak akan nonton acara itu lagi," kata Arisa.
"Ya udah. Bagus."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI EXTENDED
SpiritualRaesha sudah menerima khitbah Ilyasa. Keduanya saling mencintai, tapi Ilyasa masih merasa, calon istrinya itu masih menyimpan rasa pada Yunan, kakak angkat Raesha. Dan sekali pun Yunan sudah punya istri bernama Arisa, dan putra bernama Raihan, Ilya...