221 - Tsurayya

248 94 41
                                    

.

.

Jika sepasang manusia sudah diikat oleh tali jodoh, maka tak akan terlepas keduanya, karena yang mengikat tali itu adalah Allah.

.

.

***

Dua tahun kemudian ...

Raesha terbangun pagi itu, setelah sempat tertidur selepas syuruq. Suara notifikasi chat masuk, adalah yang membangunkannya.

Melihat nama Ilyasa di layar ponsel, setelah dua tahun nama itu tak pernah muncul di sana, membuat Raesha terlonjak dari kasurnya.

Bibir Raesha ternganga, saat melihat gambar tabel yang memperlihatkan daftar nilai Ilyasa, yang seluruhnya meraih nilai sempurna.

Aku meraih predikat cumlaude. Alhamdulillah. Aku persembahkan nilai ini, salah satunya untukmu, calon istriku, soon will become my wife, insyaallah minggu depan.

Aku akan mengabari Ayah dan orang tuaku hari ini juga. Ada hal-hal yang harus kusiapkan sebelum pulang. Aku akan chat kamu, kalau tiket ke Jakarta sudah di tanganku.

Tangis haru tak dapat ditahan oleh Raesha. Dengan jari gemetar, dia menulis balasan.

Aku cinta kamu! Aku cinta kamu! Aku cintaaaa dan kangeen bangeet!!

Raesha menutup wajahnya dan menangis hingga dadanya sesak.

Bener, ya? Buktiin nanti, seminggu lagi insyaallah. Love u!

Raesha memeluk ponselnya, dengan air mata tak henti menetes. Rindu ini membuat dirinya serasa rapuh seolah akan pecah berkeping-keping.

.

.

Ayah, minggu depan insyaallah aku akan pulang ke Jakarta. Aku akan tiba di bandara mungkin siang. Raesha akan menjemputku di bandara. Orang tuaku akan membawa seserahan ke rumah Ayah, sorenya.  Minta tolong pesankan ballroom untuk akad nikah sekaligus resepsi sederhana, untuk malam harinya. Syukran, Yah.

Pesan itu membuat Yoga melotot saat jam istirahat siang. Wah wah. Ada yang kebelet mau kawin, batinnya sambil cekikikan.

Oke siap, bos.

Jawab Yoga singkat. Setelahnya, baru Ilyasa mengirim daftar nilai mata kuliahnya, dan predikat cumlaude yang diraihnya.

Alhamdulillah. Anak Ayah pinter banget. Untung bukan kandung, jadinya gak nurun dari Ayah.

Komentar Yoga dengan ikon tawa. Yoga segera menelepon istrinya. Minta tolong istrinya untuk mengurus persiapan pernikahan Raesha dan Ilyasa minggu depan. Ilyasa pernah request warna putih katanya, untuk busana pernikahan dan dekorasi.

"Oke siap, bos," jawab Erika. Tuh 'kan. Kelakuan suami-istri sama aja, batin Yoga.

.

.

Tiga hari berlalu ...

Arisa menggendong seorang bayi perempuan berkulit putih.

"Ouww ... masyaallaah. Putrimu cantiik seperti kamu, Maryam," ucap Arisa.

Maryam masih terbaring lemas di kamarnya. Seorang bidan baru saja pulang setelah membantu persalinan pertamanya.

"Terharu banget. Kupikir tadi aku mau nyerah aja. Alhamdulillah Allah kasih aku kuat," kata Maryam yang mengusap air mata.

"Alhamdulillah. Sudah ada nama?" tanya Arisa sambil menyentuh pipi bayi berparas blasteran Eropa-Arab itu.

"Kata suamiku, biar Syeikh Yunan yang kasih nama," jawab Maryam.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang