.
.
"Jadilah kamu manusia terbaik di antara dua anak Adam."
.
.
***
Ba'da Isya, orang-orang berdatangan ke sebuah rumah dengan halaman depan yang luas. Halaman itu dibentangkan tikar yang menutupi rerumputan, teras depan hingga garasi terbuka.
Di depan pagar yang terbuka lebar, dua orang panitia membagi-bagikan air minum botol dan kotak berisi kue.
Beberapa Ibu-ibu yang cukup dekat dengan tuan rumah, masuk ke dalam rumah dan menyapa putra pemilik rumah yang baru saja disunat. Kata-kata penghiburan dan penyemangat, terucap pada bocah lelaki itu yang mengenakan sarung dan berwajah meringis. Sebagian orang menitipkan kado dan amplop pada orang tua sang anak, tapi kebanyakan hanya menitipkan amplop tanpa kado. Tradisi. Nanti ketika acara usai, isi amplop dikumpulkan dan terkadang nominalnya cukup untuk membeli sebuah televisi LCD.
Acara resmi dimulai. Kata-kata sambutan disampaikan oleh ibunda sang anak yang baru disunat. Lalu dilanjutkan dengan qasidah sholawat.
Tabuhan rebana terakhir, menutup qasidah yang dilantunkan oleh seorang wanita berhijab hitam yang duduk di sisi kanan para ustadzah.
Hening sesaat. Keheningan yang mendamaikan. Beberapa wanita yang tadinya mengobrol, tiba-tiba merasa harus diam.
Arisa duduk bersila di depan sana. Raesha di sampingnya, agak mundur ke belakang. Dia merasa rendah diri, tak pantas rasanya duduk sejajar dengan Arisa. Tidak dalam momen ceramah ilmu ini. Tidak juga dalam kesempatan apapun.
Asap dari buhur kayu gaharu yang dibakar, menguar lembut di udara, melewati sela-sela ruang di antara para jama'ah.
"Allaahumma sholli wa sallim 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammadin miftaahi baabi rohmatillaah 'adada maa fii 'ilmillaah sholaatan wa salaaman daa imaini bidawaami mulkillaah, wa'ala alihi wa shohbihi wa man walah. Amma ba'du."
(Ya Allah berilah rahmat dan salam kepada pemimpin kami Nabi Muhammad serta para keluarga beliau, beliau adalah kunci rahmat Allah, rahmat serta salam sebanyak sesuatu yang berada dalam pengetahuan Allah, rahmat serta salam yang selamanya tercurah dengan kesenantiasaan kerajaan Allah, dan kepada keturunannya, para sahabatnya dan para pengikutnya. Adapun selanjutnya ... )
"Jazakumullah kheir untuk sohibul bait atas undangannya di acara selamatan khitan dari ananda Affandi Kusuma bin Muhammad Zaid Ibrahim. Sebenarnya lebih tepat jika Ustadzah Raesha yang bicara, sebab sebenarnya awalnya beliau yang diundang. Namun karena kondisi kesehatan beliau yang kurang fit malam ini, maka saya menggantikan posisi beliau sebagai penghantar ilmu malam ini di tempat yang dirahmati Allah ini."
Kalimat pembukaan dari Arisa, spontan membuat Raesha tertunduk malu. Sungguh dia tidak merasa pantas disebut 'ustadzah'. Terutama dalam keadaan jiwanya yang tidak stabil saat ini.
"Ustadzah Raesha sakit apa?"
"Katanya sih, lagi mabok gegara hamil dua bulan!"
"Hamil?? Serius??"
"Iya. Baru ketahuan belakangan ini, setelah suaminya meninggal."
"Ya Allah. Kasian Ustadzah Raesha."
Suara bisik-bisik di antara ibu-ibu yang duduk di barisan belakang.
"Saat hadir di majelis, sesungguhnya ada hujan rahmat. Sangat deras. Saking derasnya, tak ada yang bisa menampung, sehingga rahmat itu luber dan mengenai anggota keluarga kita. Sehingga ketika kita pulang dari majelis, insyaallah anak kita yang tadinya susah disuruh salat, lama kelamaan jadi mau salat tanpa disuruh. Akhlak anak kita yang tadinya kurang baik, insyaallah dengan barokah majelis, berubah jadi baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI EXTENDED
SpiritualRaesha sudah menerima khitbah Ilyasa. Keduanya saling mencintai, tapi Ilyasa masih merasa, calon istrinya itu masih menyimpan rasa pada Yunan, kakak angkat Raesha. Dan sekali pun Yunan sudah punya istri bernama Arisa, dan putra bernama Raihan, Ilya...