266 - CURAS : Curcol bersama Ustadzah Raesha

248 72 8
                                    

.

.

"Jika saat itu tiba, bisa jadi hal itu sudah tidak penting lagi bagimu, apakah hati suami tertuju padamu atau tidak.

Sebab yang terpenting bagimu, adalah rida Allah."

~ Ustadzah Halimah Alaydrus

.

.

***

"Ustaz Ilyasa, ada yang cari Ustaz. Laki-laki. Bapak Sony, produser acara dakwah di TV katanya."

Ilyasa terdiam mendengar yang disampaikan pak satpam barusan. Tamunya itu, seperti paham betul jadwal Ilyasa yang jam segini sedang istirahat di madrasahnya.

"Tolong antar dia ke ruangan saya, Pak," pinta Ilyasa sopan.

Satpam itu mohon diri, lalu Ilyasa melangkah menuju ruangannya.

"Sayang!"

Ilyasa menoleh. Istrinya yang memanggil.

"Makan siang di rumah, yuk," ajak Raesha dengan senyum manis.

Ilyasa membalas senyumnya. Sorot matanya hangat, saat tangannya mengelus pipi Raesha.

"Kamu makan duluan aja, ya. Aku ada tamu."

"Tamu? Siapa?" tanya Raesha penasaran.

"Orang TV," jawab Ilyasa singkat.

"Ya udah. Aku ke rumah dulu."

Ilyasa melepas tangan istrinya dengan gerakan pelan seperti terpaksa. Raesha pergi sendiri menuju rumah mereka, sementara Ilyasa ke ruang kerjanya.

Tak lama, pria yang bernama Sony mengetuk pintu ruangan Ilyasa. Ilyasa membalas salam pria itu, mempersilakannya masuk. Lalu staf bebersih madrasah, tak lama datang membawakan teh hangat untuk Ilyasa dan tamunya.

"Sudah lama tidak ketemu Pak Sony. Ada apa gerangan? Kalau ini tentang acara dakwah baru di televisi, afwan saya benar-benar tidak bisa. Satu jam acara TV di akhir minggu, buat saya sudah cukup membuat sibuk, karena saya masih harus mengajar di madrasah juga," kata Ilyasa menebak maksud kedatangan Sony.

"Oh bukan. Bukan itu. Maksud saya, bukan jadwal Ustaz yang saya maksud," jawab Sony sambil meletakkan cangkir tehnya.

Ilyasa terkejut. Tak lama kemudian setelah Sony menjelaskan, ...

"Istri saya??" ucap Ilyasa tak percaya.

"Betul, Ustaz. Maksud kedatangan saya ke sini adalah, mau menawarkan sebuah program dakwah di televisi untuk Ustadzah Raesha." Sony mengeluarkan dokumen dari dalam tasnya, lalu menyerahkan dokumen itu pada Ilyasa.

"Itu konsep acaranya. Kami menginginkan sebuah acara dakwah yang clean, modern dan fresh. Acaranya di studio. Seminggu sekali, tiap akhir pekan. Khusus muslimah. Mungkin tiap sebulan sekali, setting akan pindah ke outdoor. Kami akan berpindah-pindah masjid yang cocok untuk acara outdoor.

Acara reguler hanya akan ada akhwat. Jama'ahnya juga akhwat semua. Em ... kecuali staf studio, campur akhwat dan ikhwan. Yah, Ustaz tahu 'kan, sulit untuk benar-benar memisahkan  akhwat dan ikhwan, dalam dunia penyiaran ini, tapi kami berusaha untuk meminimalisir interaksi yang tidak perlu antara yang bukan mahram.

Terkecuali untuk acara outdoor, akan ada ustaz lain yang diundang. Lalu akan ada jama'ah ikhwan juga. Ada satir kain untuk pemisah antar jama'ah. Tapi antara Ustadzah dan ustaz, tetap satu scene di panggung. Jangan khawatir, pasti ada jarak.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang