327 - Duka

231 85 23
                                    

.

.

"Kita akan memulainya dari memperbaiki niat."

.

.

***

Rintik hujan membasahi rerumputan hijau di taman kamar Erika. Pintu ke taman terbuka lebar. Hawa sejuk terasa di kulit Raesha.

Kedua mata sembap Raesha, terbuka sayu. Rambut panjangnya acak-acakan. Ia tak dapat lagi tidur. Sudah terlalu banyak tidur. Itu yang ia lakukan sejak Ilyasa dinyatakan meninggal dibunuh. Tidur dan tidur lagi. Berharap ketika terbangun, ia menemukan kejadian dua hari belakangan ini ternyata hanya mimpi. Dan Ilyasa ternyata masih ada, tertidur di sampingnya. Alangkah bahagianya jika itu terjadi.

.

.

"Apa itu Ahlullah?" tanya Raesha dulu, di awal-awal Ilyasa mengkaji kitab pengajian dengan Raesha, di taman kediaman Danadyaksa.

"Ahlullah atau keluarga Allah, maksudnya adalah orang-orang yang menjadikan Al Qur'an sebagai pedoman hidupnya. Tekun dalam mengamalkannya siang dan malam. Jadi bukan hanya sekadar penghapal Qur'an, tapi juga mengamalkan kandungan Al Qur'an," jawab Ilyasa.

Lalu suatu hari selepas Yunan resmi menikahi Arisa, Raesha sempat mengamuk karena sulit menerima kenyataan, lalu Ilyasa yang mencoba menenangkan Raesha, terkena imbas amukan Raesha. Ilyasa terkena lemparan benda tumpul, hingga pipinya lebam.

Ilyasa ngotot tidak ingin acara dakwahnya di televisi dibatalkan hanya karena lebam di pipinya. Akhirnya pipi Ilyasa ditutupi kain kasa untuk luka, dan muncul pemberitaan tidak sedap. Ilyasa dituding luka karena berkelahi dengan teman madrasahnya. Ada juga komentar bahwa Ilyasa dipukul pacar.

Pemberitaan itu membuat Raesha merasa bersalah, dan akhirnya Raesha meminta maaf secara langsung ke apartemen Ilyasa.

Ilyasa tak dapat menyembunyikan rasa senangnya, melihat Raesha menyambangi rumahnya untuk pertama kalinya.

"Jadilah ahlullah bersamaku. Kamu dan aku," kata Ilyasa malam itu, saat mengantar Raesha ke tempat parkir apartemennya.

Permintaan itu di telinga Raesha terdengar seperti lamaran, saat itu.

Raesha sempat ragu. "Entahlah. Aku merasa tidak pantas," jawab Raesha.

"Pantas! Kamu sangat pantas!! Jikapun tidak, Allah yang akan memantaskanmu, insyaallah!" seru Ilyasa penuh keyakinan.

Bahkan saat Raesha tidak percaya pada dirinya sendiri, Ilyasa percaya.

"Tapi aku tidak tahu dari mana harus memulainya," ucap Raesha gusar.

"Kita akan memulainya dari memperbaiki niat. Bukankah kamu pernah bilang kalau dulu kamu mengaji cuma karena disuruh Kak Yunan? Besok, kita akan perbaiki niatmu."

Raesha mulai percaya bahwa dirinya bisa. Bahwa kemungkinan itu ada. Kemungkinan dia menjadi da'i seperti Ilyasa. Mungkin tidak sama persis seperti Ilyasa, tapi setidaknya mirip.

"Baiklah. Aku akan coba," jawab Raesha akhirnya.

Ilyasa tersenyum bahagia. Sesuatu di senyum dan rona malu Ilyasa waktu itu, membuat Raesha tersipu. Kenapa Ilyasa bereaksi sesenang itu, hanya karena dirinya rela masuk dalam rencana besar Ilyasa?

Raesha memasrahkan dirinya dibimbing oleh Ilyasa, hingga bertahun-tahun lamanya. Menghapal Qur'an, menghapal hadits, belajar kitab-kitab, belajar bahasa Arab. Pasrah sepenuhnya.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang