.
.
"Kak Yunan nanyain Raesha. Aku gak ditanyain, Kak?"
"Emangnya kamu melahirkan juga?"
.
.
***
Yunan mengatur napas. Sesaat lagi, ia akan melakukan sesuatu yang berat. Video conference menyambut kelahiran putra pertama Raesha dan Ilyasa. Mestinya dia sudah lebih kuat sekarang. Mestinya. Baiklah. Apapun yang terjadi sesaat lagi, dia harus menerimanya dengan tabah. Sekalipun Ilyasa bertingkah dengan mencium Raesha di bibir, misalnya, Yunan harus mempertahankan senyumnya meskipun penuh kepalsuan.
Ponsel Yunan berbunyi. Ini dia, batinnya. Bismillah.
Dari kejauhan, Arisa menatap tingkah suaminya sambil geleng-geleng kepala. Mau video conference keluarga kok tegangnya melebihi ceramah di depan ratusan orang.
"Assalamu'alaikum!" sapa Yunan ramah.
"Wa'alaikum salaam!" sahut semua orang. Lengkap. Full team. Dana dan cucu-cucu bocah, bahkan, Bapak dan Ibu Erika, semuanya hadir. Erika sudah menjelaskan pada orang tuanya, tentang drama antara Raesha dan Yunan, yang kerumitannya membuat mereka keluarga besar tidak bisa berkumpul seluruhnya secara langsung. Jadi kalau ingin bertemu, harus secara terpisah, antara keluarga Yunan, dan keluarga Raesha.
Adli yang kini berusia dua belas tahun, terlihat jangkung seperti ayahnya. Haya yang sudah masuk pre-school, makin cantik dengan rambut ikalnya. Erika-Yoga tentu saja ada juga. Yoga mulai nampak berumur. Sementara Erika dan Dana, cenderung awet muda lantaran jarang berpikir. Raesha nampak cantik dengan jilbab hitam. Kelihatan lelah pasca melahirkan. Ilyasa menggendong bayinya. Putra pertama dirinya dan Raesha.
"Hwaaah! Matanya sipit a la Korea!" komentar pertama dari Erika.
"Selamat yaa Raesha dan Ilyasa!" ucap Arisa menongolkan dirinya sesaat. Raesha dan Ilyasa menyahut dengan ucapan terima kasih.
"Siapa namanya, Ilyasa?" tanya Yunan, berusaha beramah tamah menjalin hubungan baik dengan Ilyasa.
"Namanya Ismail Ahn, Kak," jawab Ilyasa.
"Hai Ismail!" mereka berebut menyapa.
"Ayah! Aku mau ketemu Dedek Ismail!" kata Haya pada Yoga.
"Iya nanti, sayang. Kak Raesha 'kan baru aja melahirkan. Perutnya masih sakit," jawab Yoga sambil mengusap kepala putrinya.
"Iya nanti insyaallah Dedek Ismail main ke rumah Haya, ya," kata Raesha yang masih berbaring.
"Kelahirannya normal, Rae?" tanya Yunan terdengar cemas.
"Iya, Kak. Alhamdulillah normal. Tadinya udah mau caesar, tapi alhamdulillah bisa diusahain normal," jawab Raesha.
Yunan mengucap hamdallah. Dia tak tega membayangkan Raesha kesakitan saat melahirkan.
Ilyasa tersenyum maklum. Kak Yunan terdengar lebih mencemaskan istrinya ketimbang Ismail.
"Kak Yunan nanyain Raesha. Aku gak ditanyain, Kak?" goda Ilyasa dengan lirikan mata.
"Emangnya kamu melahirkan juga?"
Ceplosan Yunan membuat yang lainnya nyaris terbahak.
"Kapan main ke sini bareng Ismail?" tanya Dana ceria.
"Insyaallah dua minggu lagi, Eyang," jawab Raesha.
"Ditunggu, yaa. Haya udah nyiapin kado, niih."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI EXTENDED
SpiritualRaesha sudah menerima khitbah Ilyasa. Keduanya saling mencintai, tapi Ilyasa masih merasa, calon istrinya itu masih menyimpan rasa pada Yunan, kakak angkat Raesha. Dan sekali pun Yunan sudah punya istri bernama Arisa, dan putra bernama Raihan, Ilya...