.
.
Kebiasaan orang lokal, kalau bilang 'otewe', artinya belum berangkat.
Kalau bilang 'bentar lagi berangkat', artinya belum mandi.
Kalau bilang 'udah mau deket', artinya masih jauh.
.
.
***
Adli duduk bersandar di pintu mobil, sambil melirik arloji rolex submariner biru yang tersembunyi di balik lengan panjang kemeja abu kasualnya. Arloji itu adalah salah satu hadiah ulang tahun Adli, dari almarhum Yoga, dulu.
"Ayah belikan jam tangan yang sangat mahal untukmu. Kalau dengan jam ini, kamu masih ngaret, wassalamu'alaikum. Ngelaut aja lah kamu."
Begitu kata Yoga. Waktu itu, selepas Adli wisuda, Adli masuk ke Danadyaksa Corp. sebagai anak magang. Menghargai waktu, adalah warisan ilmu dari Yoga pada anak-anaknya. Ketika janjian dengan perwakilan dari perusahaan lain, Yoga tidak pernah telat, sekalipun posisi orang yang ditemuinya lebih rendah darinya. Berada pada posisi tinggi, bukan berarti Yoga merasa dirinya bisa seenaknya. Yoga tidak hobi membuat orang-orang menunggu.
"Kalau ternyata kamu tetap hobi ngaret seperti kebanyakan orang, jual saja jam mahalmu ini, lalu berikan uangnya pada para pasien kanker kronis, mereka yang divonis waktu hidupnya tinggal sedikit lagi. Tapi kalau kamu tetap bisa tepat waktu, pakai terus jam ini di tanganmu. Jadikan jam ini sebagai pengingat, bahwa 'waktu' sangat mahal harganya. Dengan begitu, membelikanmu jam mahal ini, bukanlah hal yang sia-sia belaka."
Adli masih mengingat kalimat Yoga itu, saat membicarakan tentang arlojinya yang harganya setara dengan harga rumah sederhana bersubsidi.
Maka Adli berusaha meneruskan kebiasaan itu. Tiap ada acara ketemuan teman-teman kuliah atau reuni SMA, Adli selalu datang paling awal.
"Rajin banget bos Adli! Udah dateng aja!" komentar teman-teman Adli yang datang ngaret dari waktu yang dijanjikan.
"Bas bos dudulmu! Sejak kapan kamu jadi karyawanku? Jam berapa ini?? Kalian telat sejam!" sahut Adli ketus. Masih dengan omelan a la Yoga, dengan kosa kata ngasal bercampur aura Jawa, meski tak jelas asal usulnya.
"Masih galak aja. Santai dikit lah, bos," komentar teman-teman Adli sambil tertawa.
"Kalian sudah membuang waktuku yang berharga," ucap Adli dengan mata memicing kesal. Dari pada menunggu teman-teman lama yang hobi ngaret, bukankah lebih baik Adli menjemput Elaine di sekolahnya, eh?
"'Kan tadi udah dibilang, aku masih otewe!" timpal salah seorang teman Adli.
"Kamu bilang otewe sejak dua jam yang lalu!" kilah Adli yang mulai naik darah. Dia buru-buru mengatur napas. Sebisa mungkin ingin menjaga tensi, jangan seperti Yoga yang darah tinggian.
Kebiasaan orang lokal, kalau bilang 'otewe', artinya belum berangkat. Kalau bilang 'bentar lagi berangkat', artinya belum mandi. Kalau bilang 'udah mau deket', artinya masih jauh.
Entah jadi apa teman-teman Adli yang hobi ngaret itu sekarang. Mungkin sudah dipecat dari kantornya, atau masih jadi karyawan, tapi gajinya gak naik-naik karena mendapat review kinerja kerja buruk dari HRD, menyebabkan gajinya hanya naik lima puluh ribu rupiah per tahun, sehingga mereka bersungut-sungut, sepanjang tahun kerjanya malas-malasan dan tiap harinya meng-ghibah-i bosnya, padahal bosnya adalah orang yang menjadi jalur pemberi rezeki dari Allah. Sangat memprihatinkan.
Adli melirik ke arah mobil milik Yunan. Di sana, Yunan sedang bercakap-cakap dengan Mahzar. Sedang mendiskusikan rute jalan-jalan sore ini, mungkin. Seolah punya radar di belakang kepalanya, Yunan mendadak menoleh ke arah Adli dan tersenyum saat menyadari Adli sedang memerhatikannya sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI EXTENDED
SpiritualRaesha sudah menerima khitbah Ilyasa. Keduanya saling mencintai, tapi Ilyasa masih merasa, calon istrinya itu masih menyimpan rasa pada Yunan, kakak angkat Raesha. Dan sekali pun Yunan sudah punya istri bernama Arisa, dan putra bernama Raihan, Ilya...