.
.
"Jam berapa kita ke Jakarta, Syeikh?"
.
.
***
Zhafran nampak heran melihat tampang riang Yunan di pagi hari ini. Padahal kemarin Yunan sempat terlihat ngambek-ngambekan sama istrinya.
"Apa ada yang menyenangkan, Syeikh?" tanya Zhafran setelah Yunan duduk di depannya. Yunan meletakkan kitab yang hendak dipelajarinya, di meja dek kolam.
"Alhamdulillah. Tanah kita sudah deal dibeli orang, kemarin. Hari ini aku akan ke Jakarta bareng Mahzar, untuk tanda tangan di depan notaris," jawab Yunan dengan senyum mengembang.
"Tanah dua belas ribu meter persegi itu, sudah ada yang beli? Alhamdulillah," sahut Zhafran. Tanah yang mahal itu, batin Zhafran. Tapi mengingat memang lokasinya strategis, wajar saja dihargai segitu. Fix pembelinya orang kaya tajir melintir.
"Ya. Pembelinya developer. Katanya salah satu developer top terkenal di Indonesia. Pemiliknya, salah satu orang terkaya di Indonesia. Aku tidak begitu perduli, yang penting tanah itu sudah resmi terjual. Itu aktinya, kita bisa punya modal untuk membangun hotel syari'ah," jelas Yunan, masih sambil tersenyum. Jelas mood Yunan sedang berbunga-bunga saat ini.
"Alhamdulillah, Syeikh. Saya ikut senang," kata Zhafran yang tertular senyum Yunan.
Tak lama, Mahzar datang dari pintu akses samping tempat suluk, memakai jaket karena hawa masih dingin sepagi ini di puncak bukit.
Setelah saling mengucap salam, Mahzar mencium tangan Yunan dan Zhafran.
"Jam berapa kita ke Jakarta, Syeikh?" tanya Mahzar saat mendaratkan bokongnya di kursi kayu.
"Belum tahu. Tolong pesankan tiket, Zhafran," pinta Yunan.
Oh belum dipesan tiketnya. Dikira Mahzar, sudah tinggal berangkat saja.
"Nginap di rumah Adli?" tanya Zhafran.
"Iya," jawab Yunan tanpa melirik mata Zhafran. Tiba-tiba jadi ingat waktu dulu Yunan error dan nyaris memutuskan akan menginap di rumah Raesha untuk menjaga Raesha dari dugaan akan teror pembunuh Ilyasa. Namun dugaan itu tak terbukti karena hingga kini situasi aman-aman saja.
"Dua hari?" tanya Zhafran lagi, sambil membuka aplikasi tiket pesawat di ponselnya.
"Iya. Dua hari. Takutnya masih ada surat-surat yang perlu diurus di sana," kata Yunan sembari menyesap kopi hitam yang masih mengepulkan asap panas di udara.
"Oke. Dua atau tiga tiket?"
Pertanyaan Zhafran adalah pertanyaan tidak langsung yang bermakna lain "apa istri Syeikh ikut juga ke Jakarta?"
"Dua tiket saja. Istri saya tidak ikut. Dia ada jadwal mengisi majelis siang ini, dan besok juga ada ceramah maulid."
"Baik, Syeikh," sahut Zhafran mengangguk. Tak lama, tiket pesawat terpesan online. Yunan sempat membaca kitabnya sambil menyesap kopi. Menikmati momen-momen santai ini sebelum dirinya kembali mendapat undangan ke luar negeri atau ke luar kota.
Yunan kemudian teringat sesuatu. Ia meraih ponselnya di meja dan mengirim chat pada Adli. Mengabari dirinya dan Mahzar akan berkunjung dua hari untuk mengurus akta jual beli tanah di notaris.
"Kata Elaine, Adli baik sekali, rela repot mengeluarkan uang banyak, demi tampil maksimal di depan CEO developer itu," kata Yunan sambil mengetik chat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI EXTENDED
SpiritualRaesha sudah menerima khitbah Ilyasa. Keduanya saling mencintai, tapi Ilyasa masih merasa, calon istrinya itu masih menyimpan rasa pada Yunan, kakak angkat Raesha. Dan sekali pun Yunan sudah punya istri bernama Arisa, dan putra bernama Raihan, Ilya...