.
.
"Kamu yakin cuma mau kasih Ilyasa gantungan kunci?"
.
.
***
Tulisan Le Petit Gourmet terpampang di luar bangunan mungil restoran. Mereka duduk berempat siang itu. Yunan, Arisa di samping Yunan, Raihan di seberang Arisa dan Mahzar di seberang Yunan.
Makan siang di sebuah restoran halal di Paris, sebelum mereka memulai ritual belanja alias shopping.
Di meja sudah terhidang aneka makanan dengan tampilan yang sangat menggugah selera. Daging ayam panggang yang disiram kuah bumbu steak, nasi berwarna kuning dengan irisan daging sapi di sekelilingnya, dan ada daging steak yang dilumuri bumbu mayonaise putih.
"Mau disuapin atau makan sendiri?" tanya Arisa pada Raihan.
"Aku bisa sendiri!" kata Raihan bersemangat makan tanpa harus dikomandoi.
"Jadi, mereka semua jadi mualaf?" tanya Arisa pada suaminya di tengah prosesi makan mereka.
"Enggak semuanya. Sekitar seratus lima puluh-an," jawab Yunan.
"Seratus lima puluh satu, Syeikh," sela Mahzar membetulkan.
"Ya. Seratus lima puluh satu," gumam Yunan seteleh menelan makanan di rongga mulutnya.
"Masyaallah," kata Arisa takjub.
"Mualaf itu apa, Ummi?" tanya Raihan.
"Mualaf itu, orang yang baru memeluk agama Islam, sayang," jelas Arisa.
Video rekaman pertemuan tadi pagi belum di-share oleh Mahzar. Dia perlu meng-edit-nya lebih dulu sebelum di-posting di akun official y*utube.
"Kita mau belanja apa aja, buat oleh-oleh?" tanya Arisa pada suaminya.
Yunan merogoh sesuatu dari kantung jaketnya. "Udah aku tulis, nih. Biar gak lupa."
Arisa menerima secarik kertas dari suaminya. Membaca kertas itu dan mengernyit heran.
Ayah Yoga, Bapak mertua, Erika, Ibu mertua, Adli, Haya, Dana, Raesha, Ilyasa, Zhafran, Maryam, Tsurayya. Semua dapat bagian oleh-oleh, tapi kok ...
"Kamu yakin cuma mau kasih Ilyasa gantungan kunci?" tanya Arisa pada Yunan.
"Iya. Biarin. Ilyasa gak perlu apa-apa. Dia udah punya semuanya," sahut Yunan sambil makan.
Jawaban itu membuat Arisa geleng-geleng kepala. Dia sudah tahu kalau Yunan sayang sekali pada Raesha, dan nampaknya tidak begitu suka saat mendengar berita Raesha menikah. Tapi tidakkah ini terlalu timpang? Oleh-oleh cokelat untuk Erika, lalu cokelat dengan pita untuk Raesha, aksesoris dasi untuk Yoga, kemeja untuk Bapak mertua dan Zhafran, syal atau selimut untuk Erika, ibu mertua dan Maryam, mainan boneka untuk Haya dan Tsurayya, mainan remot atau baju untuk Adli, kemeja atau kaus untuk Dana, lalu untuk Ilyasa ... gantungan kunci kecil. Yunan benar-benar menulis kata 'kecil' di catatannya. Yunan bisa sangat berwibawa di hadapan orang banyak, tapi jika menyangkut Raesha, Yunan berubah jadi kekanak-kanakan.
"Ya sudah terserah," kata Arisa sambil memasukkan catatan itu ke dalam tas mungilnya.
"Pardon. C'est le dessert," (permisi. Ini hidangan penutupnya) kata pelayan yang datang membawakan senampan bulat kue.
"Merci, Monsieur," ucap Yunan berterima kasih pada pelayan pria itu.
"Waaah!! Kue es krim strawberriii!!" Raihan berseru sambil bersiap menyantap hidangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI EXTENDED
SpiritualRaesha sudah menerima khitbah Ilyasa. Keduanya saling mencintai, tapi Ilyasa masih merasa, calon istrinya itu masih menyimpan rasa pada Yunan, kakak angkat Raesha. Dan sekali pun Yunan sudah punya istri bernama Arisa, dan putra bernama Raihan, Ilya...