341 - Stress

276 73 4
                                    

.

.

"Laras, saya sudah salat Zuhur atau belum?"

.

.

***

"Assalamu'alaikum," sapa Raesha saat tiba di rumah.

"Wa'alaikumussalam!" sahut Arisa, Ismail dan Ishaq, yang sedang duduk di ruang makan. Kedua bocah berlari memeluk ibu mereka. Bahagia melihat ibu mereka akhirnya keluar dari 'sarang' kamarnya, seperti orang-orang normal lainnya. Keluar rumah, menyapa matahari. Meski sebenarnya alasan Raesha keluar rumah tak seindah itu.

"Ibu sama Kak Raihan dari mana? Jalan-jalan? Kok aku sama Ishaq gak diajak?" tanya Ismail dengan bibir manyun.

"Bukan jalan-jalan, sayang. Ibu habis diantar Kak Raihan ke kantor polisi," jelas Raesha seraya mengelus kepala Ismail dan Ishaq.

"Ngapain ke kantor polisi, Bu?" tanya Ishaq.

"Cuma ngobrol-ngobrol aja, sayang. Gak ada yang penting," jawab Raesha, jelas tak ingin membahas detail. Sementara ini, anak-anak dijaga sekali agar jangan sampai melihat berita di televisi. Walau tak bisa dibendung, lama kelamaan, mereka akan tahu juga tentang update kasua pembunuhan bapak mereka.

"Kalian sudah makan?" tanya Raesha pada kedua anaknya.

"Sudah, Bu," Ismail yang menjawab.

Raesha melirik jam dinding. "Sudah jam segini. Ayo ke kelas dulu. Masih ada satu jam pelajaran, 'kan?"

Keduanya manut, lalu cium tangan pada Raesha dan Arisa, sebelum kembali ke kelas.

"Kak, ini aku belikan sesuatu untuk Kakak," kata Raesha meletakkan kresek belanjaan dari mini market.

"Apa ini? Wah. Ada camilan!" seru Arisa sambil mengeluarkan kue-kue kering yang dibelikan Raesha.

"Syukran!" ucap Arisa tersenyum.

"Afwan. Di rumah ini stok camilan menipis, soalnya. Aku lama gak sempat urus belanjaan rumah," kata Raesha sambil melipat plastik bungkusan jajanannya.

"Ada keripik singkong juga. Ini sih kesukaannya Eyang Dana," canda Arisa tertawa geli.

"Iya, tapi Eyang udah lama gak bisa makan keripik singkong. Kasihan," kata Raesha menggeleng sedih.

"Kalaupun bisa, kalau dikasih keripik singkong sekarang, belum tentu Eyang mau makan. Oh ya. Gimana kabar Eyang, ya? Masih diinfus?" tanya Arisa dengan ekspresi cemas.

"Belum tahu, Kak. Nanti coba ku-chat Adli. Adli lagi sibuk banget di kantor soalnya. Lagi persiapan pelantikan, 'kan?"

Arisa membuka salah satu camilan dan memasukkannya ke toples kosong. Mereka kini mengobrol sambil makan camilan. Ternyata menyenangkan juga kegiatan ini, batin Raesha. Sekiranya di rumah tak ada Arisa dan Raihan, fix rumahnya akan sepi bak kuburan. Apalagi kalau anak-anak sedang sekolah seperti sekarang.

"Pelantikannya di mana?" tanya Arisa lagi.

"Dulu Ayah sih katanya pelantikannya di ballroom hotel bintang lima, tapi berhubung suasananya masih berduka, jadi sepertinya acaranya akan berlangsung sederhana saja di ballroom kantor," jawab Raesha.

"Kita diundang?"

"Diundang, dong, Kak. Tamu VVIP!" sahut Raesha mengedipkan mata. Arisa tertawa. Senang melihat Raesha terlihat lebih santai sekarang. Sepertinya, mood Raesha membaik, setelah pergi keluar rumah bersama Raihan.

"Kapan pelantikan Om Adli, Tante?" Raihan ikut nimbrung, duduk di kursi ruang makan, sambil mencomot camilan.

"Kalo gak salah, Senin. Nanti Tante tanya Om Adli lagi."

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang