.
.
"Jika ada hal yang bisa menjungkirbalikkan duniaku, maka itu adalah kamu."
.
.
***
Rintik hujan mengetuk-ngetuk kaca sebuah kamar eksekutif hotel berbintang lima di ibukota.
Namun suara hujan tak mengusik sepasang suami isteri yang tengah berada di kamar itu.
Ilyasa dan Raesha saling menatap dalam. Lebih dari separuh tubuh mereka, tertutup selimut putih tebal.
"Aku cinta kamu. Aku udah pernah bilang belum, sih?" kata Ilyasa yang berada di atas tubuh istrinya, sambil berusaha mengatur napas setelah aktivitas mereka yang menguras energi.
"Udah. Sering," jawab Raesha dengan pipi masih merona merah. Rambutnya acak-acakan. Ulah suaminya.
Ilyasa tersenyum, sebelum mengelus pipi Raesha dengan jemarinya.
"Aku merasa bersyukur, Allah menjadikanmu istriku. Jika ada hal yang bisa menjungkirbalikkan duniaku, maka itu adalah kamu."
Raesha tersenyum malu. "Aku juga bersyukur kamu suamiku."
Ilyasa menghilangkan jarak, saat menyatukan bibir mereka.
Raesha terpejam. Kelembutan ini membuainya, membuatnya serasa melayang.
Ah! Ilyasa Ahn! Ilyasa Ahn! Candunya!
Raesha berharap mengarungi hidup bersama pria ini hingga mereka tua nanti.
.
.
Arisa diam-diam mengamati suaminya yang sedang berzikir setelah salat malam.
Wanita itu masih juga belum memahami suaminya. Mereka sudah menikah cukup lama padahal. Anak sudah ada dua. Raihan, anak tertua mereka, bahkan sebentar lagi akan lulus dari pesantren dan berencana melamar Rayya, putri dari Zhafran dan Maryam. Meski lamaran itu bukan lamaran pernikahan, melainkan seperti pertunangan, sebelum Raihan berangkat kuliah ke Hadramaut. Raihan ingin 'mengikat' hubungannya dengan Rayya, lantaran khawatir Rayya keburu dikhitbah lelaki lain.
Yunan nampak murung selepas pertemuan singkat mereka dengan Ilyasa dan Raesha, sore tadi di lobi hotel.
Arisa sudah menandainya. Kalau Yunan menjawab singkat-singkat, dan mukanya cemberut, itu artinya Yunan sedang ada beban pikiran. Dan selama ini, yang bisa membuat Yunan bereaksi semacam ini, biasanya adalah segala sesuatu yang ada kaitannya dengan Raesha.
Yunan melipat sajadah. Arisa memejamkan mata, pura-pura sudah tertidur. Kasur terasa bergelombang, saat Yunan menaikinya dan berbaring di samping Arisa.
Perlahan kelopak mata Arisa membuka. Dilihatnya, Yunan tidur membelakanginya. Sebenarnya, hubungan rumah tangga mereka cenderung mulus dan nyaris tanpa masalah. Semestinya Arisa bersyukur. Di luar sana, alangkah banyaknya isteri yang rumah tangganya serasa seperti di neraka. KDRT, perselingkuhan dan hal-hal mengerikan lainnya, membuat para wanita di era modern yang jauh dari ajaran Islam, jadi berpikir ulang untuk menikah.
Sementara Yunan selalu memperlakukannya dengan lembut. Menafkahinya lebih dari yang dirasanya cukup. Bertanggung jawab dan mencintai dirinya dan anak-anak. Tapi mengapa kekosongan ini kadang dirasanya dalam hubungan antara dirinya dengan Yunan?
Dipikir Arisa, hubungannya dengan Yunan berubah jadi lebih bergelora, sejak malam itu saat Yunan mengajak dirinya menemani dakwah Yunan ke Paris. Tapi ternyata itu tidak berlangsung lama. Pasca lahirnya Elaine, mereka masih hangat-hangatnya waktu itu. Tapi setelah agak lama, kembali pada rasa itu lagi. Kosong dan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI EXTENDED
SpiritualRaesha sudah menerima khitbah Ilyasa. Keduanya saling mencintai, tapi Ilyasa masih merasa, calon istrinya itu masih menyimpan rasa pada Yunan, kakak angkat Raesha. Dan sekali pun Yunan sudah punya istri bernama Arisa, dan putra bernama Raihan, Ilya...