Bagian Delapan

29.6K 3.1K 13
                                    

Aku menyiapkan beberapa cookies dan teh untuk aku berikan pada Nerva.

Sedang anak yang ada disampingku, dari tadi merapikan bajunya padahal, aku sudah berkata kalau dia tampan dan tidak ada yang salah dari baju yang ia pakai.

David tadinya juga menolak, agar Devian ikut bertemu dengan Nerva. Namun, karena aku berkata aku tidak akan datang tanpa Devian, David mundur.

Tok tok tok

“Masuk” berkat suara berat dari dalam, pintu dibuka. 

Ada seorang lelaki berkacamata yang tengah duduk ditengah meja besar, penuh dokumen.

“Anda memanggil saya Yang Mulia?”

Mendengar suaraku, kepalanya terangkat sepenuhnya. Ia tidak menjawab, malah menatap dengan intens anak yang tangannya aku genggam. Kenapa?

Devian yang melihat ayahnya pun, gemetar ketakutan dan bersembunyi dibelakang badanku.

Apa memang hanya ada memori mengerikan yang Devian dapat dari ayahnya? Tidak adakah ingatan baik barang sedikit? Ugh, jika aku tau akan begini, aku tidak akan membawa Devian.

“Saya yang membawanya Yang Mulia” aku tidak ingin ada masalah.

Ia menarik nafas panjang, mengalihkan mata hitamnya kearahku.

“Duduklah”

“Ah sebelum itu Yang Mulia”

Berkat arahan tanganku, pelayan masuk dengan nampan berisi cookies dan juga teh.

“Apa ini?” 

“Ini kue yang kami buat bersama.”

“Kalian membuat ini bersama?” dahi Nerva bertautan, tidak mengira hubungan mereka sedekat ini.

“Ya, kami bersama membuatnya di dapur”

Yah sekali lagi, itu adalah wajah tidak percaya yang saat ini sering aku liat.

“Dari kapan kalian dekat?”

“Belum terlalu lama, saya ingin menjadi ibu yang baik bagi Devian.”

Ia yang mendengar hanya mengangguk “Jangan terlalu lama berdiri, duduklah”

Wah pengertian sekali dirinya.

“Ya, terimakasih”

Aku kemudian duduk disofa, dirinya pun bangkit dan duduk berhadapan denganku.

“Ada yang ingin aku bicarakan, bisa kita bicara berdua?”

Sebentar, apa memang seperti ini caranya berbicara? Bukankah terlalu sopan untuk seorang Kaisar?

“Ya? Baik. Devian kembali kembali ke kamarmu dulu, nanti ibu akan datang.”

“Ya, saya akan menunggu”

Aku hanya tersenyum mendengar jawaban manisnya. Devian dengan ragu ragu melihat kearah ayahnya.

“Tidak apa apa jika ingin berpamitan” aku berbisik padanya, memberikan dorongan bahwa ia bisa melakukannya.

Mata kecilnya menatapku sejenak, dengan tekad ia mengalihkan matanya ke Nerva.

“Saya akan kembali lebih dulu Yang Mulia.” 

“Ya, kembalilah”

Devian yang mendengar jawaban ayahnya, menatap sejenak padaku, tersenyum kemudian berjalan keluar ruangan. Ah ia, pasti menyukai jawaban ayahnya.

“Jadi, ada apa Yang Mulia?” aku tidak ingin terlalu lama bersamanya.

“Eeemm, tanggal pendirian Kekaisaran sebentar lagi, aku hanya ingin tau festival apa yang kau inginkan.”

Berbeda dengan kerajaan dan kekaisaran lain yang memiliki festival yang sama disetiap tahunnya, di Theopilus, Permaisuri yang akan merancang dan mengadakan festival sesuai keinginannya. Kebijaksanaan dan kekuatan Permaisuri dinilai dari sukses atau tidaknya festival.

Ini adalah pertama kalinya Permaisuri turun tangan setelah beberapa tahun dikelola oleh orang lain. Pasti lebih banyak orang yang menantikan festival ini. Tanggung jawab yang sangat besar.

“Ini pertama kali festival diadakan dibawah Permaisuri, orang orang pasti sangat menantikannya. Jadi, saya tidak ingin gegabah memutuskan. Jika Yang Mulia memberikan saya waktu, saya pasti akan memberikan ide yang memuaskan”

‘Semoga’

Aku tidak mungkin bilang, kalau aku sebenarnya tidak percaya diri. Aku sudah memutuskan untuk menerima Devian sebagai anak, mungkin sudah waktunya bagiku untuk menerima diri sebagai Permaisuri. Hah pekerjaan dan beban yang melelahkan.

“Baiklah, ketika ide sudah ada katakan padaku”

“Baik Yang Mulia”

Sudah? Itu saja yang ingin ia katakan? Kalau hanya begini, ia bisa menyuruh David atau siapapun menyampaikannya, mengapa harus jauh jauh memanggilku?

“Lalu, adakah hal lain?”

“Tidak ada. Kalau begitu, mari bekerja sama”

Nerva memberikan tangannya, untuk bersalaman. Festival adalah pekerjaan Permaisuri, tapi kenapa ia berkata ‘bekerja sama?’

“Untuk festival”

Terserah deh, aku hanya akan menyalaminya.

“Baik, terimakasih”

🐰🐰🐰

Nerva yang ditinggal sendirian, melihat ke pintu yang baru saja tertutup. Ia menatap kearah tangannya, yang tadi ia gunakan untuk bersalaman.

“Itu benar, karena dia. Belial”

Karena panggilan Nerva. Asap hitam bergumul disekitar tubuh lelaki bersurai perak, asap asap itu kemudian berkumpul menjadi satu membentuk bayangan besar nan menakutkan.

“Jangan melakukan hal sia sia di depan wanita tadi, kau ingin memukul anak itu. Untung saja aku menahannya. Lain kali lakukan saja ketika Forsythia tidak ada.”

“Mengapa? Kita sudah melakukannya selama ini. Kau tau, kekuatanku bisa melemah jika tidak melakukan kejahatan. Kekuatanku bisa bertambah berkali lipat jika aku menyiksa anak anak.”

“Hah, kekuatanmu juga melemah karena Forsythia kan?”

Belial, tidak bisa menjawab. Entah dari kapan, kekuatannya melemah ketika bersinggungan dengan wanita tadi, dan tidak bisa merasakan kekuatannya sama sekali ketika bersalaman. Ini bisa menjadi hal yang buruk baginya, namun hal baik bagi Nerva.

“Tidak usah khawatir. Sebagai perantara sudah menjadi tugasku meningkatkan kekuatanmu. Masuklah, kita cari mangsa lain.”

Asap asap yang memumbung tinggi tiba tiba menyebar, langsung terserap ke dalam tubuh Nerva. Setelah merasa Belial masuk sepenuhnya, Nerva bangkit dan berjalan keluar.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang