Bagian Empat Puluh Satu

7.2K 768 21
                                    

Tiba tiba aku berada di sebuah taman. Tentu, aku tidak pernah lupa di mana ini. Keadaan mencekam, baru darah yang mengental, mayat yang tergeletak di segala tempat.

Lagi lagi di sini, ada apa dengan tempat ini?

Seorang lelaki tidak membelakangiku seperti terakhir kali aku melihat, dia berhadap hadapan denganku. Beberapa saat setelah aku memfokuskan mata untuk menemukan siapa dirinya. Nerva terlihat. Wajah yang penuh senyuman itu tidak ada.

Dirinya mengigit bibir yang bergetar, matanya sudah dipenuhi embun, berusaha untuk tidak menjatuhkan sedikit saja air mata yang ada.

Tangan kanannya memegang pedang berdarah seperti terakhir kali, tapi rasanya ia sedang berusaha untuk tidak mengarahkan pedang itu padaku.

Perasaan, ya mengapa tidak ada perasaan iba sama sekali ketika aku melihat wajahnya begini? Seolah perasaannya bukan urusanku.

Dengan penuh gemetar dan kehati hatian, Nerva bertanya "Me..mengapa? Kenapa kau... menghianatiku Forsythia?"

Harusnya aku merasa sakit mendengarnya, tapi aneh sekali. Aku tidak merasakan apapun.

"Entahlah, karena kau hanya anjingku?" suara apa yang baru saja aku katakan? Mengapa aku tega mengatakan hal menyakitkan begitu?

Aku benar benar tidak mengerti, aku tidak bisa mengontrol apa yang ingin aku katakan dan rasakan.

"Apa?" emosi kecewa memenuhi mata hitam Nerva.

Matanya berubah, aku tidak tau warna apa karena kabut tiba tiba menghalangi.

Ketika aku membuka mata langit langit kamar yang tidak asing memenuhi pandangan.

"Haaahh hhuuh" nafas berat yang terasa, membuatku harus mengaturnya.

"Forsythia"

Aku menepis tangan Nerva yang ingin memegang tanganku. Mata terkejutnya membuatku sadar "Maaf" bayang bayang itu masih ada.

"Kau tidak apa apa?" Nerva agaknya tidak mempermasalahkan tepisanku. Ia memegang tanganku dengan kedua tangannya.

"Ya, aku tidak apa apa" aku tersenyum, sambil menenangkan jantungku yang berpacu tidak normal.

Aku tidak boleh memperlihatkan apa pun pada Nerva lebih dulu, sebelum aku bisa mencerna apa yang terjadi.

"Meja kerjamu sudah siap, kau sudah resmi menjadi Permaisuri."

Ah benar, semenjak festival berakhir aku sudah bisa diakui sebagai Permaisuri. Pekerjaan pekerjaan yang dikerjakan orang lain, mulai sekarang harus aku turun tangan.

"Apa itu satu kantor dengan milikmu?"

"Benar, datang saja ketika kau sudah siap" Ibu jari Nerva mengelus punggung tanganku, ia pasti tidak ingin membebaniku.

"Ya, terimakasih"

Aku akan mulai bekerja besok, hari ini ada hal yang harus aku urus.

🐰🐰🐰

Banyak hal hal aneh, akhir akhir ini. Pertama tentang mata merah dan jalannya pincang, aku yakin dirinya Nerva meski matanya berbeda. Kedua, tentang malaikat yang berkata kalau Forsythia meninggal ketika umurnya 22 tahun. Ketiga, tentang Nerva yang mengatakan bahwa Forsythia menghianatinya.

Kalau aku harus melihat apa yang terjadi di dalam novel. Forsythia sangat menyukai Nerva dan tidak mungkin dirinya bisa menghianati Nerva. Lagi pula bukan lelaki bermata merah mirip Nerva yang membunuh Forsythia, namun Devian.

Lalu, mengenai umur yang di katakan Malaikat, 22 tahun. Apa yang aku lihat di mimpi, wajah Nerva sama seperti apa yang aku lihat sekarang, tidak menua atau lebih muda.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang