Bagian Empat Puluh Sembilan

4.9K 651 13
                                    

[Nerva, kenapa kau tidak membunuhnya?]

Suara itu lagi, akhir akhir ini menjelang malam Nerva sering mendengar suara berat Belial. Meski sudah mengancam dan berusaha memarahi Belial, suara itu terus menerus mengusiknya. Hanya satu orang yang bisa menghilangkan gangguan itu, Forsythia.

Begitu dirinya mulai mendengar, ia pasti akan segera merapikan pekerjaannya dan bergegas ke kamar.

[Mengapa? Dia pasti bisa merebut wanita itu.]

[Kau tidak akan memiliki apa yang kau mau.]

Nerva melepaskan kancing bagian atas tubuhnya, merasa sesak.

“Diam” tidak suka suara itu berbisik.

[Ibumu pun meninggal.]

Tidak tahan lagi, dirinya mempercepat langkah untuk pergi ke kamar. Namun ketika ia membuka pintu, Nerva tidak melihat Forsythia.

“Kemana dirinya?”

[Lihat, wanita itu meninggalkanmu]
Nerva mencari ke segala ruangan, mungkin saja Forsythia ketiduran. Ia tidak mau mendengarkan suara itu.

[Dirinya pergi dengan lelaki lain]

[Saat ini ia pasti ada di pelukan lelaki itu]

Ketika mendengarnya, Nerva sangat marah ia tidak bisa membayangkan apa yang ada di bisikan Belial. Meja yang ia pegang hancur, karena kekuatan yang sangat.

[Kalau saja kau membunuhnya.]

“Argh” Nerva mengacak rambutnya frustasi. Benar kata Belial, kalau saja ia membunuh Idris malam itu, Forsythia pasti ada di sini.

Logika dan akal Nerva sedang tidak bisa di gunakan dengan baik. Bisikan bisikan semakin lama semakin intens.

[Wanita itu sudah muak denganmu]

[Forsythia tidak menyukaimu]

“CUKUP, CUKUP, BERHENTI” Nerva berteriak, tidak tahan.

[Sama seperti Ibumu]

[Tidak ada yang menyayangimu]

[Ini karenamu]

“Apa karena aku?”

Plak

Nerva mulai menampar dirinya sendiri. Kebiasaan ketika kecil, hadir lagi.

“Ya, ini pasti karena aku”

Plak

Menampar pipinya lagi. Perkataan Ibunya yang sangat ingin Nerva hapus, entah bagaimana terngiang di kepalanya. ‘Ini semua salahmu, jadi kau harus menghukum dirimu sendiri’

“Forsythia pasti…” ketika Nerva ingin menampar, mata hitamnya melihat gaun milik Forsythia. Gaun yang di gunakan wanita itu saat mengatakan bahwa ia tidak akan pernah pergi.

‘Benar, aku akan mencari Forsythia. Aku percaya padanya.’

Dengan susah payah Nerva berdiri, membuka pintu.

Brak

“Yang Mulia” beberapa pelayan yang ada di balik pintu, terkejut.

“Forsythia, dimana?” mata hitamnya mencari sambil mengarahkan tatapan tajamnya ke seluruh pelayan.

“AKU BERTANYA” kehilangan kesabaran Nerva berteriak.

“Ka kami tidak tau Yang Mulia” hanya satu orang yang berani menjawab.

“Haahh” tidak kuasa menahan, Nerva linglung.

‘Apa dirinya benar benar pergi?’

“Yang Mulia Permaisuri?”

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang