Bagian Enam Puluh Delapan

1.9K 183 17
                                    

Tok tok
“Yang Mulia”

“Yang Mulia”

Aku mengerjapkan mata karena mendengar suara David memanggil. Berusaha segera mengumpulkan nyawa. Pasti sesuatu yang penting, jika tidak David tidak mungkin memanggil berulang begitu.

“Nerva” tanganku menepuk lengannya yang mengapit pinggangku.

“Kita tidur lagi saja”

Bukannya membuka mata dan bangun, dirinya malah semakin merekatkan jarak kami.

“Yang Mulia”

Sekali lagi David memanggil di balik pintu.

“Nerva, kau harus bangun” karena dirinya tidak ada niat untuk beranjak, aku harus berusaha melepaskan lengannya dan duduk.

“Haahh Ck.”

“Apa ini karena kau ingin terus bersamaku?”

Aku memberanikan diri mengatakan apa yang aku rasakan. Walau aku tidak mengharapkan jawaban. Begitu mendengarku bertanya, mata hitam Nerva terbuka sempurna.

“Benar, biasakah kita terus begini selamanya?” Nerva menarikku ke dalam pelukannya.

“Tidak, ada David yang menunggumu”

“Yang Mulia”

“Kau dengar? Pergilah. Kita berdua bisa melakukan apa pun nanti” sepertinya ini benar-benar mendesak.

“Haaahh, baiklah”

Sebelum beranjak dan pergi menemui David, ia mencium bibirku lebih dulu. Aku yang terkejut dengan perilaku tiba-tiba Nerva, tanpa sadar mengeratkan jari-jariku di seprai. Ia melihatku lalu tersenyum, mengarahkan buku-buku jarinya di leherku.

“Yang Mulia”

Dengan Nerva membuka pintu, aku bisa melihat David tapi sepertinya kabar ini bisa aku dengarkan, David menatapku.

“Masuklah” tanpa menunggu perintah Nerva, aku menyuruh David karena perasaanku tidak enak dan aku ingin segera mendengar kabar apa yang ia bawa.

Nerva tidak mengatakan apa pun, membuka pintu lebih lebar agar David masuk.

“Ada kebakaran di gubuk dan…”

“Dan?” mengapa David ragu-ragu saat berkata?

“Kami menemukan kerangka anak kecil”

Jantungku terasa lepas, aku tidak bisa bernafas. Tidak, jangan bilang.

“Sepertinya itu Yang Mulia Pangeran, karena kami tidak menemukan Pangeran di mana pun”

“Kalian bisa berkata begitu hanya karena Pangeran tidak terlihat?”

Aku tidak bisa mempercainya, semudah itukah kepala pelayan berkata?. Bisa saja itu kerangka anak kecil lain yang sedang beristirahat atau duduk di sana.

“Ada yang melihat Ana dan Pangeran masuk ke gubuk. Sekarang kami masih mencari dimana jasad Ana”
Apalagi ini?

“Ayo kita pergi” aku harus melihatnya sendiri, tidak mungkin Devian meninggal. Baru saja kemarin Nerva berjanji akan memberikan pengawal yang layak.

Sampai di depan pintu, tangan Nerva menarik lenganku. “Forsythia, ganti bajumu lebih dulu”

“Ah!” aku terlalu terburu-buru hingga tidak sadar kalau aku masih menggunakan baju tidur.

Sepanjang perjalan aku hanya bisa berdoa semoga semua yang di katakan David salah. Dan Devian ada di tempat lain, hanya saja belum di temukan.

Aku melihat sebuah gubuk, tidak itu bahkan sudah tidak berbentuk. Hanya ada sisa sedikit kerangka kayu berwarna hitam dan abu dimana-mana. Lalu ada dua kerangka tak jauh dari kami, kerangka kecil dan kerangka orang dewasa. Memegang gaun dengan erat, tidak tidak, belum ada yang diputuskan.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang