Bagian Lima Puluh Satu

5.4K 647 17
                                    

Warning!

_Terdapat adegan kekerasan_

***

Seorang wanita yang baru saja melahirkan menatap anak yang baru keluar dari rahimnya dengan tatapan tajam.

“Bawa pergi”

Perkataan wanita itu bagai perintah yang harus di turuti para bawahannya, tanpa perlu berfikir apakah perintah itu masuk akal atau tidak.

Bayi yang ada di gendongan pelayan, diam dan hanya menangis sekali ketika keluar dari kamar Ibunya.
Wanita itu yang memiliki gelar Permaisuri hanya datang ketika bayinya membutuhkan asi dan selebihnya ia serahkan pada pengasuh.

Bayi yang baru saja tertidur setelah mengicip asi ibunya diberi nama Nerva.

Seusai waktu menyusui habis dan bayi itu tidak membutuhkan asi lagi, Permaisuri tidak pernah datang menengok.

Hingga bayi itu tumbuh menjadi anak berusia enam tahun.

Nerva berumur enam tahun tidak banyak bicara, hanya menatap datar pada apa pun. Pengasuh Nerva adalah orang suruhan Permaisuri, dirinya orang yang tegas dan berkata secukupnya. Pengasuh itu selalu memberikan Nerva peringatan ketika dirinya tidak berjalan dan berperilaku layaknya seorang pangeran.

Di usia enam tahun Nerva sudah belajar banyak hal. Suatu hari, dirinya yang akan pergi belajar seperti biasa. Namun, Nerva berhenti karena melihat ayahnya masuk ke sebuah ruangan dengan perempuan lain.

Sejak dirinya lahir sampai usia enam tahun, Nerva tidak pernah bertemu ayahnya. Nerva bertemu Kaisar ketika ada perayaan, itu pun hanya bisa melihat dari jauh. Tangan kecil Nerva mengenggam buku buku yang ia bawa dengan kencang. Mengapa ayahnya pergi dan bukan bersama Ibunya tapi wanita lain?

Nerva berbalik, ingin mengatakan ini pada Ibunya.

“Anda akan pergi kemana Pangeran?” pengasuh yang bersama Nerva, menghentikan langkahnya.

“Aku ingin menemui Permaisuri” ya, Nerva tidak boleh memanggil Permaisuri sebagai Ibu.

“Permaisuri tidak akan senang” tidak ada ekspresi ketika pengasuh itu berkata.

“Aku akan mengurusnya”

Pengasuh itu hanya menunduk, patuh. Walaupun dirinya tegas, ketika Nerva sudah bisa memberikan perintah layaknya seorang Pangeran, dirinya akan menurut seperti ini.

Nerva dengan langkah kecilnya, sedikit berlari ingin mendapat pujian karena melaporkan perbuatan tidak terpuji ayahnya. Apa yang Nerva pelajari, segala sesuatu baik dalam hukum Kekaisaran atau ketika belajar. Ia akan mendapatkan sesuatu yang bagus ketika berusaha atau melaporkan hal yang tidak baik.

Tapi…

“INI SEMUA SALAHMU!”

Nerva baru pertama kali mendengar teriakan Ibunya, merapatkan bahu dan menunduk.

Prang.

Permaisuri yang marah setelah mendengar perkataan anaknya, melemparkan vas bunga tepat di samping Neva.

“I ibu aku minta maaf” otak kecil Nerva tidak bisa mencerna mengapa Ibunya marah.

Mendengar itu, vas bunga selanjutnya yang ada di tangan Permaisuri terhenti.

“Apa kau merasa bersalah?” tidak ada kasih sayang di mata Permasuri.

“Iya Ibu” tubuh Nerva bergetar, karena takut.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang