Bagian Tujuh Puluh Dua

1.7K 132 9
                                    

Nerva duduk sambil memperhatikan Forsy yang sedang melihat tangannya yang di perban. Tangan wanita ini bergetar, wajahnya penuh rasa khawatir.

Setelah semua selesai, Nerva segera mengusir dokter untuk segera pergi.

“Forsy, aku tidak apa-apa”

Nerva memang menyukai perasaan teramat khawatir hingga ia bisa merasakannya. Tapi, lebih baik dirinya juga berpura-pura menenangkannya. Ia terus menepuk lengan atas Forsy.

“Kenapa kau melakukan itu?” Forsy yang dari tadi hanya menunduk, mengangkat kepalanya dan mata mereka saling bertemu.

Bukannya menjawab bibir lelaki ini malah tertarik ke atas.

“Nerva”

“Aku merasa kecewa. Aku kira kau benar-benar menginginkanku tapi ketika mendengar dirimu tidak ingin menemuiku, lebih baik aku…” Memberikan wajah murungnya sambil mengelus pelan tangan mungil Forsy.

“Maaf, aku minta maaf” Forsy mengencangkan tangan yang memegang tangan Nerva.

“Berjanjilah padaku Forsy, kau selalu mendengarkanku dan tidak pernah memikirkan atau berbicara tentang orang lain.”

“Nerva tapi it..”

“Mengapa? Apa kau ingin aku mati menyusul Devian dan Celine? Forsy hanya kau satu-satunya yang aku punya sekarang.”

“Ti-tidak” mata Forsy sudah mulai berembun.

Bingo! Sesuai dugaan Nerva kartu menyebut Devian, kartu tentang luka ditinggalkan Forsy kali ini pun berhasil. Yah, walau ia tidak boleh terlalu sering menggunakannya.

“Jadi, kalau kau tak ingin aku meninggalkanmu. Apa yang harus kau lakukan?”

“A-aku akan menurutimu”

“Dan?”

“Dan tidak pernah memikirkan dan membicarakan tentang orang lain.”

“Bagus” dengan tangannya ia menarik leher Forsy dan menciumnya.

Kalau pun nanti ini tidak berhasil, Nerva masih memiliki beberapa kartu yang bisa ia gunakan untuk merantai Forsy dan membuat wanita ini senantiasa menginginkannya.

Untuk sekarang, Nerva akan menikmati waktu yang sudah lama tidak ia lakukan bersama Forsy. Memakannya, menikmati setiap lekuk tubuhnya. Menyatukan aroma satu sama lain. Haahh, Nerva berharap waktu berhenti selamanya.

“Ugh”

Nerva melihat ke arah wanita yang merintih kesakitan.

“Sudah bangun?” ia mengusap rambut yang menghalangi matanya. Mata hijau itu berair, bibirnya ia gigit agar air mata tidak tumpah.

“Ugh, sudah ku bilang untuk berhenti. Huuhh sakit.”

Lelaki yang menjadi omelan, malah tersenyum begitu lebar dengan tangannya masih bermain di sekitar wanita ini.

“Karena kau terlalu cantik” wajahnya mendekati Forsy, mencium keningnya.

“Ck, biasakah kau cari alasan lain?” Forsy cemberut, ia tidak akan jatuh dengan pujian yang sama.

“Eeemm itu karenamu, semua tentangmu membuatku bergairah” ibu jari Nerva mengenai bibir ranum wanitanya.

Memang benar, sekarang pun ketika ia melihat wajah malu-malunya, ia ingin sekali kembali menerkam. Kalau saja tidak ada agenda sangat penting pagi ini, haahh.

Tapi tidak apa-apa, toh Nerva sudah cukup menguras energi Forsy hingga ia tidak bisa keluar kamar hingga malam hari. Jadi sudah pasti ketika ia kembali, Forsy masih ada di kamarnya. 

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang