Bagian Tiga Puluh Lima

9.2K 1K 15
                                    

Warning!

_Terdapat adegan kekerasan_

***

Nerva menyesap minuman dan berdiri bersama beberapa bangsawan. Lelaki ini tidak mendengarkan apa yang sedang dibicarakan, matanya bertengger ke seorang wanita bersurai beda warna yang sedang mengambil makanan.

Nerva tidak suka Forsythia berbincang dengan lelaki lain, menyuruhnya pergi. Yah lebih baik, membiarkan jarak diantara mereka dari pada harus melihat mata wanita itu melihat lelaki lain.

Rasa tenang Nerva tidak bertahan lama. Seorang lelaki berambut hijau mendekati Forsythia. ‘Untuk apa dirinya disana? Apa racun itu kurang baginya?’.

Nerva mencoba bertahan karena tidak mau Forsythia tau karakternya yang mudah tersulut emosi. Keinginan berbeda dengan apa yang terlihat, mata hitam Nerva tidak bisa tidak melihat mereka berdua berbincang.

Apalagi saat melihat Forsythia tersenyum sangat lebar.

Prang

Saking kuatnya Nerva memegang gelas, gelas itu pecah. Kemarahannya sudah tidak bisa dibendung. Rasanya Nerva ingin menghajar Idris disini, namun setelah melihat wajah hijau Forsythia yang kebingungan, lelaki ini menarik nafas mengatur kemarahannya pada batas tertentu.

“Forsythia” Nerva mengalunkan tangannya dibahu Forsythia, seakan mengatakan wanita ini miliknya.

“Ya” Forsythia merasa terpanggil langsung melihat mata hitam Nerva, ya begini seharusnya. Hanya wajah lelaki ini yang layak untuk dilihat Forsythia.

“Selamat datang tuan Erland.” mata Nerva beralih sejenak ke Idris.

“Ya, Yang Mulia. Terimakasih” Idris melihat Nerva tanpa ekspresi.

“Bagaimana kalau kita berbicara sebentar?” mata tajam Nerva tidak pernah menjauh dari Idris.

“Dengan senang hati”

Nerva pergi dengan Idris mengikuti. Lelaki berambut silver berjalan dengan sangat cepat, telapak tangannya berdarah karena kuku jarinya menancap.

Brak

Sesaimpainya di tempat tenang jauh dari aula, Nerva langsung membanting tubuh Idris ke tembok.

“Aku sudah memperingatkanmu, jauhi Forsythia” menarik dengan kuat kerah Idris hingga urat ditangan Nerva terlihat.

“Uuughhh” Idris kesulitan bernafas, selain karena lehernya dicekik, bagian belakang pungungnya pun kesakitan karena terkena dinding. “Per mai suri ber hak tau si apa anda” Idris berbicara sambil mengatur nafas yang tersisa.

Tidak cukup menggunakan tangan, Nerva mencekik leher Idris dengan lengan atasnya, hingga wajah Idris merah sempurna.

“Uuughhh”

“Berani berkata lagi?” sekarang Nerva tau, siapa penyebab tindakan berani Forsythia untuk berbohong padanya.

“Permasuri pas ti ak an meninggalkan an..” suara Idris semakin lama mengecil, karena Nerva menambah kekuata dilengannya.

Mendengar apa yang dikatakan Idris, Nerva meradang. Ia menaruh tangan besarnya dikepala Idris.

Bug

Suara benturan kepala Idris dan tembok bergema. Benturan keras itu tidak menyulutkan pandangan menantang Idris pada Nerva.

Bug

Bug

Bug

Nerva sangat kesal, ia membenturkan kepala Idris berulang kali. Merasakan jijik karena memegang lama kepala Idris, Nerva melepasnya.

Idris yang sudah kehilangan banyak darah, tidak mampu berdiri. Nerva melihat itu menaikkan sudut bibirnya. Mata hitam Nerva beralih ke tangan Idris yang dibalut perban, dengan kekuatan penuh Nerva menginjaknya.

Krek

Sudah tidak ada suara untuk berteriak, Idris mengigit bibirnya.

“Nerva?”

Nerva terkejut, tidak pernah menyangka mendengar suara Forsythia disini.

‘Brengsek’

Tidak panik, Nerva langsung merubah wajahnya sedemikian rupa sebelum menghadap Forsythia.

🌱🌱🌱

Aku yang ditinggal bersama Devian bingung, untuk apa mereka berdua berbicara sendiri?

“Devian, bagaimana kalau disini dulu bersama Anna?” perasaanku tidak enak, aku harus memastikan sesuatu.

“Baik Ibu” meski Devian kebingungan, dirinya tetap menurut.

Aku berjalan kearah jalan yang dilalui Nerva. Kemana perginya?

“Yang Mulia Permaisuri?” seorang penjaga yang melihatku, menyapa.

“Apa kau melihat kemana Kaisar pergi?” aku tidak bisa menghilangkan wajah marah Nerva yang aku lihat tadi.

“Yang Mulia Kaisar pergi kearah sana Yang Mulia” penjaga itu menunjuk arah sebelah kananku.

“Terimakasih”

Aku pun berjalan ke mana tangan penjaga itu menuju. Semakin lama semakin sepi dan gelap, aku bertanya tanya untuk apa mereka pergi sejauh ini?

Bug bug

Semakin aku berjalan, semakin keras suara yang terdengar. Aku melihat seorang lelaki tengah menginjak tangan lelaki yang sedang terkapar. Tidak pernah ada didalam diriku berfikir dirinya bisa melakukan itu.

“Nerva?” semoga saja perkiraanku salah dan itu bukan dirinya.

Orang yang aku panggil membalikkan badan dan itu Nerva. Kakiku terlangkah mundur sendiri, tidak bisa mempercayai dirinya memang Nerva.
Wajahnya terlihat terkejut dengan apa yang terjadi, seakan ia baru sadar telah melakukan hal yang salah.

Mataku lalu tertuju pada seseorang terkapar di tanah. “tuan Erland” aku segera bergegas, menepuk nepuk pipinya. “Tuan Erland, bisakah anda mendengarku?”

“Forsythia” suara lemah Nerva memanggilku.

“Apa yang anda lakukan Yang Mulia?” apa yang ada di depan mata sudah jelas sekarang.

“Tidak, itu bukan aku” Nerva terduduk. “Bagaimana ini Forsythia?” ada air mata dimata Nerva.

Omong kosong apa itu? Aku sendiri melihat dirinya tengah menginjak tangan Idris dan sekarang ia bilang kalau itu bukan dirinya? Ah mari kita dahulukan menolong tuan Erland.

“Penjaga” aku berdiri dan berteriak ke arah seseorang yang sedang berdiri. “Ya Yang Mulia?”

“Ambilkan tandu, lalu panggil dokter Kerajaan untuk mengobati tuan Erland. Secepatnya”

“Ba baik Yang Mulia” entah apa yang terjadi, dirinya segera pergi sambil berlari.

“Forsythia” Haah aku juga harus mendengar penjelasan Nerva. “Kita bicara setelah tuan Erland diobati”

Nerva mengepalkan kedua tangannya, karena Forsythia berbicara tanpa melihat kearahnya dan malah melihat ke Idris. Mata hitamnya lalu beralih ke Idris ‘Apa yang harus ia lakukan pada tikus ini?’

Aku mengikuti tuan Erland yang dibawa oleh tandu.

“Forsythia” Nerva memegang lenganku. 

Aku sedang tidak ingin berbicara hanya menatap mata hitam Nerva. Dirinya menunduk sambil melepaskan lenganku. “Tunggu aku di kantor” aku berkata melembutkan suaraku, lalu mengikuti tandu yang sudah lebih dulu pergi.

Aku juga memiliki hal yang ingin dibahas dengan Nerva. Entah mengapa hatiku terganggu setelah melihat simbol simbol ketika bedoa tadi pagi. Aku memang sudah membaca perjanjian seifret, ada satu keanehan bahwa Belial menjadi Tuhan, padahal tidak ada yang tau apa itu Belial dan siapa dirinya.

Tidak mudah memindahkan kepercayaan seseorang, apalagi jika ia sudah percaya pada suatu hal untuk waktu yang lama.

Apa itu berarti Belial adalah Iblis? Haahh, tidak yang penting sekarang, tuan Erland sembuh lebih dulu.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang