Bagian Empat Puluh Dua

6.3K 778 17
                                    

Nerva mengutak atik sebuah tangan yang besarnya hanya setengah besar tangan lelaki ini. Mata hitamnya mengarah ke bibir ranum milik Forsythia. Sudah berapa lama ia tidak merasakannya? Wajah Nerva mendekati wajah Forsythia, memiringkan kepalanya, mengecup singkat bibir istrinya.

“Kalau saja kau tidak tidur” tangan yang tidak memegang apapun, Nerva gunakan untuk mengusap bibir Forsythia.

Ia masih terus mengamati hingga bulu mata beda warnanya bergetar, dibalik itu mata berwarna hijau berkedip berulang kali.

“Nerva?”

Suara serak khas orang bangun tidur terdengar ketika Forsythia membuka mulutnya. Nerva tidak mengambil pusing dan mencari alasan mengapa wanita di depannya ini terlihat kebingungan.

Biasanya Nerva akan pergi sebelum Forsythia bisa bangun, tapi karena hari ini adalah hari pertama Forsythia dan dirinya bekerja di tempat yang sama, lelaki berambut platinum ini menunggu.

“Kau sudah lupa? Kita akan bekerja bersama.”

Aku yang baru saja bangun tidur, mendadak jadi malas untuk pergi bekerja.

“Haaahh” sepertinya efek bangun tidur masih menghantuiku, tanpa sadar aku semakin mendekatkan tubuhku, membenamkan wajahku di dadanya. Ingin kembali tidur.

Aku merasa Nerva tersentak sedikit, aku hiraukan karena rasa kantuk semakin berat.

“Apa kau tidak ingin bekerja?” Nerva memainkan rambut belakangku.

“Eeeemm”

“Jika tidak ingin, kau tidak perlu bekerja”

“Lima menit” sungguh, mataku ini sangat sulit dibuka.

Tidak ada suara yang diberikan Nerva, selain bermain dengan rambutku kali ini ia mencium pucuk kepalaku berulang kali.

Krriiieett.

Nerva melihat pintu terbuka, mengibaskan tangannya, menyuruh Zea untuk pergi.

“Apa kau datang Zea?” aku melepaskan pelukan dan membalikkan badan agar bisa melihat siapa yang datang.

“I iya Yang Mulia” Zea tergagap, itu karena tatapan bagai pisau yang diarahkan Kaisar padanya.

Jika Zea sudah datang, itu tandanya aku sudah harus bangun dan beraktifitas.

“Kalau begitu aku harus bangun” mengumpulkan nyawa, aku tidur terlentar, duduk lalu membuka mata. “Nerva, aku akan membersihkan diri lebih dulu” aku tidak tau dari kapan ia ada dalam posisi duduk.

“Ya, gunakan waktumu” Nerva kembali mengelus rambut dan wajahku, aku tidak tau dari kapan ia suka bermain dengan rambut, wajah dan juga tanganku.

Aku berdiri, mengikuti pelayan yang ada di belakang Zea.

Zea yang ingin pergi segera berhenti setelah mendengar suara Kaisar “Mulai besok, jangan datang sebelum perintah” tidak ada nada lembut yang digunakan Nerva saat berbicara pada Forsythia.

“Baik Yang Mulia”

Seusai bersiap, aku dan juga Nerva pergi bersama.

Di depan pintu, tuan Artemisia sedang berdiri, mungkin sebagai kebiasaan menyambut Kaisar.

“Selamat datang Yang Mulia”

Entah perasaanku saja, atau memang tatapannya seakan memusuhiku? Apa ada aku melakukan suatu kesalahan? Aku tidak menjawab lebih jauh, karena aku tidak terlalu suka suasana yang tuan Artemisia berikan.

Begitu pintu di buka aku dan Nerva masuk. Ruangan ini terlihat berbeda, dalam luas dan interior dasarnya memang sama. Namun karena ada penambahan pernak pernik seperti bunga, vas dan meja putih yang kontras dengan meja Nerva yang hitam, ruangan ini terasa sedikit feminim.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang