Bagian Tiga Puluh Tiga

10.1K 1.1K 41
                                    

Aku update lagi meskipun ini bukan hari up, karena seneng banget baca komentar kalian dibab sebelumnya.

Aku nanya karena sempet terlintas sebentar, tapi belum ada pikiran buat ganti ML. Semakin berjalannya waktu, kita liat aja yaa. Semoga apapun keputusanku mayoritas dari kalian suka.

Untuk yang bilang jangan harem atau yang pengen harem. Sejujurnya aku bukan penikmat harem, meskipun ada salah satu ceritaku punya lebih dari dua laki laki pasti ada yang lebih dominan.

Jadi, maaf banget yang suka harem. Kalian g bakal bisa nemuin dunia 'perhareman' diseluruh cerita yang aku bikin.

Anyway, selamat membaca 🤗

***

Lantai diseluruh ruangan berwarna merah, bau amis menyebar disegala tempat. Kepala, tangan dan tubuh manusia tergeletak mengikuti genangan darah. Diantara mereka ada seorang lelaki memegang pedang tajam berlumur darah. 

Aku melihat itu bergidik ngeri. Pemandangan macam apa ini? Lelaki itu berdiri di depanku, aku tidak mengerti apa yang dirinya bicarakan. Cahaya bulan perlahan menerangi wajah lelaki didepanku. Devian dewasa atau Nerva? Tidak bukan, dirinya bermata merah dan jalannya pun pincang. Anehnya wajah itu mirip sekali dengan Nerva.

“Dirinya tidak bisa membunuhmu”

Begitu aku mendengar suara yang dikeluarkan, aku tau. Itu suara yang sering aku dengar, aku sangat yakin itu suara Nerva. Akan tetapi, warna mata dan caranya berjalan, bukan Nerva. Dimana dan apa ini?

Kreeekk kreek

Ia mendekat sambil menarik pedang, menghasilkan suara berdenging telinga dan menganggu.

Brug

Aku terjatuh, kakiku lemas saking takutnya. Tidak tau apa yang sedang terjadi tapi aku benar benar takut.

“Jadi aku yang akan memenggal lehermu” lelaki itu mengangkat pedangnya.

Tidak tidak, aku tidak ingin mati.

“AAAAAHHH”

Haahh, untung saja itu hanya mimpi. Apa itu? Aku jadi teringat bayangan yang aku lihat ketika bersama Nerva di taman. Suasana dan cara orang yang memegang pedang sama.

Satu satunya pembeda, lelaki yang menusukku tidak terlihat, tapi dimimpi aku bisa melihatnya dengan jelas. Ah ada lagi, lelaki dibayangan memegang belati tapi dimimpi dirinya memegang pedang.

Tapi aku benar benar yakin, adegan dimimpi dan bayangan yang aku lihat di taman, sama.

“Forsythia”

Aku merasa seseorang memeluk pinggangku. Saat aku melihat wajahnya “Aaaggh” wajah menyeramkan lelaki yang membunuhku dan Nerva tumpang tindih. Membuatku dengan spontan berteriak dan menghindar karena terkejut.

“Ada apa?” bukan hanya aku, Nerva pun ikut terkejut dirinya langsung terduduk dari kasur.

“Ti tidak, aku hanya bermimpi buruk” aku berusaha tersenyum, meski jantungku berdetak tidak menyenangkan.

“Kemari” Nerva membuka lengannya, menyuruhku untuk memeluknya.

Aku menurut, memeluknya. Haahh untuk saat ini aku tidak ingin terlalu mikirkannya.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang