Bagian Tujuh Puluh Satu

1.8K 155 7
                                    

Nerva duduk sambil menyelesaikan dokumen yang ada.

“Bagaimana dengan Forsythia?”

“Permaisuri berada di kamar, haruskah saya panggil?”

“Tidak perlu.”

Mata Nerva tertuju pada dokumen mengenai kebarakan yang terjadi pada Devian, ia tersenyum. Lelaki ini sangat berterimakasih dengan anak itu karenanya semua hal yang ia inginkan melebihi ekspektasinya.
Ingatannya kembali pada saat dirinya bersama Devian.

“Dia bukan milikmu”

Begitu mendengar suara anak itu, ada darah yang mendidih di dirinya. Hah? Siapa dia? Beraninya. Nerva kembali datang. Ia menendang anak itu berkali kali, hingga tidak ada suara yang terdengar.

“HAH! Hahaha, lemah!”

Nerva menyapu rambut yang menghalangi pemandangan di depannya.

“Apa kau sudah mati?” Dengan kakinya ia menggerakkan tubuh yang terkapar di bawahnya.

Ia tidak perlu memeriksa keadaan anak ini. Matanya mengedar ke segala arah, begitu ia melihat pemantik dan minyak bibirnya tersenyum.

Nerva memikirkan sebuah ide, ia mengambil pemantik itu dan minyak, sebelum keluar dirinya memeriksa lebih dulu apakah Devian menggunakan benda yang akan mengidentifikasinya sebagai Pangeran.

Di luar Nerva menyiram semua tempat di gubuk lalu melihat tepat di depan pintu “Selamat tinggal” menyalakan pemantik dan melemparnya ke depan pintu.

Bruussss

Api langsung saja menyebar dengan cepat, hingga seluruh gubuk terbakar sempurna. Nerva pun segera pergi, ia sangat yakin anak itu akan mati. Tapi, Nerva tidak tau keinginannya mungkin saja tidak terwujud.

Mengingat semua itu Nerva tersenyum. Ia bahkan belum bisa berterimakasih dengan benar pada anak itu. Tidak, toh kalau bukan karena Devian, Nerva masih bisa menaklukkan Forsythia dan membuat wanita itu menginginkannya.

Nerva menyandarkan kepalanya, bibirnya tertarik ke atas membayangkan Forsythia hanya berada di kamar dan menunggunya.

Selesai dengan beberapa pekerjaan, Nerva masuk ke kamar yang sekarang milik mereka berdua.

“Nerva!”

Begitu ia masuk, ia langsung mendengar suara seorang wanita yang memanggilnya. Ia melihat ke sekitar, tidak ada para pelayan yang biasanya menemani Forsythia. Rasa cemburunya lucu sekali, hatinya tergelitik dengan rasa bahagia. Bukankah wanitanya sangat manis?
Nerva langsung melesat duduk di samping Forsythia.

“Kemana perginya semua pelayan?” Nerva memang tau jawabannya, tapi mendengar dari yang bersangkutan jauh lebih baik.

“Aku tidak ingin kau melihatnya” mungkin karena malu, Forsythia memainkan cangkir teh yang ada di depan.

“Lihat ini, aku memiliki istri pencemburu”

“Mengapa? Tidak suka?”

Wajah Forsythia berubah, dingin. Perubahan itu tidak membuat senyum di bibir Nerva sirna.

“Tidak, terus lakukan itu. Aku sangat menyukainya.”

“Benarkah?”

Senyum lebar memenuhi wajah Forsythia.

‘Waaahhh sepertinya aku sudah membangkitkan hal termanis di diri Forsy.’

“Ya, aku sangat suka jika kita menginginkan satu sama lain.”

“Apa ini berarti kau juga menginginkanku?”

Forsythia berdiri, berjalan mendekati Nerva dan duduk di pangkuannya.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang