Bagian Empat Puluh Enam

5.8K 711 17
                                    

Keseharianku akhir akhir ini selalu berulang. Pagi hari aku bekerja bersama Nerva, sore hari aku menemani Devian dan Salvia bermain.

Mereka berdua mudah sekali menjadi akrab. Devian sering membacakan buku dan Salvia mendengarkan dengan seksama. Terkadang, aku yang membaca mereka berdua yang mendengarkan. Ada hari dimana kita bertiga bermain bersama, entah bermain bola atau petak umpet.

Hari dimana Salvia tidak datang pun aku isi dengan bermain bersama Devian. Selain menyenangkan, aku juga tetap memikirkan perkataan malaikat tentang kekuatan yang akan meningkat ketika aku bermain dengan anak anak.

Aku cukup lelah dengan semua hal yang aku lakukan, tapi tentu saja aku bahagia.

Aku merasakan perbedaan signifikan di tubuhku, tidak tau apakah ini sesuatu yang dibicarakan malaikat atau hal lain. Tubuhku merasa lebih ringan, perasaanku semakin hari semakin baik. Aku merasa damai, sama seperti ketika aku melihat malaikat datang mendekat.

Semoga saja, aku bisa bertemu dengannya dan bertanya banyak hal.
  
“Apa yang kau pikirkan Forsythia?” Nerva memeluk tubuhku dari belakang.

“Kau sudah datang? Cepat sekali” aku tidak mengharapkan untuk Nerva datang ke kamar, saat ini.

“Mengapa? Apa kali ini juga kau akan tidur lebih dulu?” ia mengatakan itu sambil menggigit telinga dan mencium leherku.

“Ugh”

Ya, apa yang dikatakan Nerva tidak salah. Aku selalu tidur sebelum Nerva datang. Aku sengaja menghindari kejadian waktu itu, kalau aku tidur, tidak ada alasan untuk melakukannya. Aku takut dengan perkataannya bahwa dirinya menahan diri.

“Jawab Forsythia”

Ugh, bagaimana caraku menjawab kalau dirinya menggangguku begini?

“Ugh a.. ku hanya takut” mendengar jawabanku, dirinya mengangkat kepala “Mengapa? Kau sudah pernah merasakannya bukan?”

Aku tidak tau jika orang lain, tapi mengapa ia bisa mengatakan hal vulgar begitu?

“Itu karena kau menahan diri, kalau…”

“Hahaha huuh jadi selama ini kau memikirkan perkataanku?” sedang tertawa dan berkata begitu pun, dirinya tidak melepaskan pelukannya.

“Te tentu saja” bukan hal aneh kalau aku memikirkan itu terus menerus.

“Jadi bagaimana kalau merasakannya sendiri?” Nerva memegang daguku untuk melihat ke wajahnya.

“Ya?” apa maksudnya aku merasakan ketika dirinya tidak menahan diri? “Eump” sebelum aku menjawab bibirku sudah dilumat oleh Nerva.

Bagian atas dan bawah bibirku di makan oleh bibirnya, membuatku tidak bisa menggerakkannya sesuka hati.

“Rasanya manis” tangan besar Nerva mengelus kasar bibirku.

Perkataannya membuat jantungku berpacu dengan cepat, aku sangat malu.

“Eump” baru mengambil nafas sebentar, bibirku sudah ada dibibirnya.

Kali ini Nerva mulai mencari dan bermain ke dalam bibirku. Aku yang pasrah hanya menerima apa yang di lakukan Nerva.

“Forsythia, bolehkah aku?” Nerva terengah engah, seluruh wajah dan matanya memerah seakan sedang berusaha menahan hasrat.

Aku tidak tega, mengangguk.

Tidak sabar dan kesulitan membuka gaunku akhirnya Nerva merobeknya, sambil bibirnya bermain dengan bibirku. Aku terkejut, tapi tidak bisa melakukan banyak hal.

Dirinya mulai menyentuh segala aspek yang ada ditubuhku.

Tanpa sadar, kami melakukannya hingga fajar menyingsing.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang