Bagian Tiga Puluh Delapan

7.7K 900 20
                                    

Aku menemukan Devian yang duduk sendirian di kamar tempatnya bermain.

“Ibuuu” begitu ia melihatku, Devian turun dari kursinya dan memelukku. Aahh beginikah rasanya memiliki anak dan datang menyambutmu ketika datang?

“Ya, hati hati” aku mengelus kepalanya. “Ayo kita pergi ke festival” ia belum juga mengangkat kepalanya dari rokku.

“Festival?” akhirnya aku bisa melihat mata wajahnya. “Ya, festival untuk para rakyat. Bukankah terlihat menyenangkan?” aku menunduk, menyamakan mata kami.

Aku memang belum mengatakan keinginanku membawa Devian pergi, aku berharap ini bisa menjadi kejutan membahagiakan untuknya.

“Heemm, jika bersama Ibu pasti menyenangkan”

Devian lalu merangkul leherku, memeluk. Aku mengusap punggungnya, membalas.

Mata Devian beralih ke seorang lelaki yang berada di samping Ibunya.

“Ibu tapi…”

Aku melepas pelukan Devian, melihat kemana arah matanya menuju. Ah benar, aku belum meminta izin pada Devian.

“Tuan Erland akan ikut bersama kita ke festival, bagaimana menurutmu Devian?” aku juga harus meminta pertimbangannya, jangan sampai karena keinginanku keinginan orang lain tidak aku pikirkan.

“Tidak apa apa, asalkan bisa bersama Ibu” Devian memberikan tatapan tajam pada Idris, tanpa Forsythia tau.

“Waaah, baik sekali anak ibu” aku mengelus surai lembutnya, matanya terpejam menikmati sentuhanku. “Tapi sebelum itu, maukah kau minum ramuan ini dulu? Ibu ingin tidak ada yang mengenal kita.”

“Apa karena ini rambut dan mata Ibu berubah?” tangan kecil Devian menunjuk ke botol ramuan yang aku bawa.

“Ya, maukah kau mencobanya juga?” aku tidak ingin memaksa.

“Baiklah, aku berharap mendapat warna yang sama dengan Ibu” dia seperti sedang berbicara sendiri, ia melihat ke botol sambil menunduk. “Ibu juga” bukankah jika sama, akan terlihat benar benar seperti Ibu dan anak?

Devian mengambil botol dan langsung meminumnya. Seketika rambutnya berubah menjadi warna amber, sama seperti warnaku, tapi matanya berubah menjadi warna oren.

“Waahh tampan sekali anakku” warna memang bisa mengubah wajah seseorang.

“Yang Mulia, kita harus pergi sekarang” tuan Erland yang dari tadi hanya diam akhirnya berbicara.

“Ah benar, ayo Devian” aku memberikan tanganku untuk digenggam anak ini. “Ya” Devian tersenyum cerah sambil memegang tanganku.

Kami bertiga berangkat menggunakan kereta kuda yang tidak terlalu mencolok, ada dua kesatria yang mengikuti di samping kusir.

“Yang Mulia, kita sudah sampai.” aku tidak tau akan sampai begitu cepat.

Tuan Erland turun lebih dulu dan mengarahkan telapak tangannya padaku.

“Kalian, jangan terlalu dekat dengan kami” aku mengatakan itu ke arah dua kesatria yang dikirim Nerva.

“Tapi Yang Mulia, Kaisar…”

“Aku akan bilang pada Nerva, kalian jangan membantah lagi” pasti tidak menyenangkan memiliki dua atasan yang harus dituruti, hah mau bagaimana? Aku tidak ingin menjadi pusat perhatian.

“Saya akan melaksanakan perintah Yang Mulia”

Kami akhirnya berjalan menjajaki suasana festival yang sangat ramai. Aku memegang erat tangan Devian takut jika terlepas.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang