Bagian Dua puluh

18.2K 1.9K 20
                                    

“Tampan sekali anak Ibu” aku membantu Devian memakai pakaiannya.

“Terimakasih” Devian menjawab dengan bibir tertarik keatas dan mata menyipit. Devian memang tersenyum, tapi aku tidak merasakan kebahagiaan dari senyumannya. 

“Karena tidak ada kelas siang ini, bagaimana kalau menghabiskan waktu dengan Ibu?”

Memikirkan berulang kali, cara membantu Devian. Salah satu caranya dengan membaca buku atau dongeng. Aku sudah menyiapkan beberapa buku, yang mungkin akan menghadirkan perlahan emosinya. 

“Ya”

Aku memegang tangan kecil anak itu. “Ada tempat yang ingin Devian kunjungi?”  “Tidak ada” jawaban datang dengan sangat cepat.

“Bagaimana dengan rumah kaca?” Memang, dalam ingatan Forsythia, ia belum pernah pergi dan hanya tau bahwa ada rumah kaca. Aku pribadi sangat menyukai adegan adegan di novel dengan latar, rumah kaca.

“Yang Mul…”

“Saya suka Ibu” Devian menghentikan Zea yang ingin berbicara.

Ada apa dengan Zea? Apa yang ingin ia bicarakan.

“Ze..”

“Ayo Ibu” keinginanku bertanya, terhenti karena Devian langsung membawaku keluar.

Kami berjalan cukup lama hingga akhirnya sampai di dekat rumah kaca. Aku tercengang, karena tidak sesuai dugaanku. Banyak tumbuhan mati dijalan menuju rumah kaca, banyak juga rumput dan beberapa lumut. Mengapa kelihatannya tidak ada yang merawat?

Seperti menjawab pertanyaan batinku, Zea langsung menunduk. “Yang Mulia, maafkan keteledoran saya karena tidak menyampaikan sebelumnya. Rumah kaca sudah lama tidak dirawat jadi sekarang, Yang Mulia belum bisa pergi. Mohon maaf sekali lagi.” 

Ah itu alasan Zea, memanggilku sebelum pergi. Namun, mengapa Devian menghentikan Zea berbicara?

“Haahh, baiklah kalau begitu. Devian, haruskah kita pergi ke perpustakaan?” tidak banyak pilihan tempat yang ada di otakku.

“Baik Ibu”

Tanpa sepengetahuan Forsythia, Devian melihat tajam Zea, pelayan yang ditatap bingung, tidak tau dimana letak kesalahannya.

🐰🐰🐰

Perpustakaan yang kami tempati sekarang adalah perpustakaan yang sering aku kunjungi. Aku tidak bisa menghafal tempat dan letak buku, karena ukurannya yang luar biasa untuk ukuran perpustakaan pribadi.

“Siap mendengarkan Ibu bercerita?”

“Ya”

Aku kemudian membuka buku yang sudah aku pilih. Mulai membacakan buku, dan Devian ada dipangkuanku.

“Disebuah Kerajaan yang bernama Gaha tinggal seorang putri Kerajaan. Sang putri sangat suka berpetualang dan menjajaki banyak tempat. Hari itu, ia pergi ke hutan dan bertemu seekor singa. Haauumm, singa mengaum dengan suara keras.”

Berhenti sebentar, aku melihat kebawah, tidak ada perubahan di wajah Devian.

“Putri yang pemberani tidak merasa takut, ia mengambil ranting, mengarahkan ke singa seakan ingin mengajak bertarung. Singa mendekati putri, berkata ‘Aku butuh bantuanmu’ lalu…”

“Ibu” Devian tiba tiba menyela, mendongak, melihat ke mata hijauku.

“Ya, ada apa?” aku sangat senang, karena Devian memberikan respon.

“Hewan tidak bisa berbicara.” masih dengan wajah tanpa ekspresinya.

Aku terdiam beberapa saat. Anak anak memiliki imajinasi yang tinggi, sesuatu semacam hewan tidak bisa berbicara tidak akan menganggu mereka.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang