Bagian Sepuluh

28.6K 2.9K 11
                                    

Nerva masih tidak terbiasa dengan Forsythia yang terlalu diam didekatnya. Tapi dengan itu, ia bisa dengan leluasa menatap wajahnya dari samping.

Alisnya yang tebal dan datar, sangat cocok untuk wajahnya yang lonjong, bulu mata berwarna oren yang lentik, hidung mancung dengan bentuk bulat, bibir tipis yang sedang digigit.

"Yang Mulia, apa ada sesuatu diwajah saya?" Forsythia memegang wajah bagian kanan dengan punggung tangannya.

Ini pasti karena Nerva terlalu lama menatap.

"Tidak, aku hanya ingin tau mengapa kau tiba tiba berubah"

Nerva akhirnya bertanya, hal yang mengganggunya. Seberapa keras ia berfikir, tidak ada alasan membuat Forsythia berubah sedrastis ini.

"Ya?"

Tatapan wanita ini pada Nerva pun berubah. Tidak ada lagi tatapan membara menginginkan lelaki berambut perak, sekarang tatapannya seperti melihat wajah orang asing. Sekarang, Nerva sangat ingin mengembalikan tatapan membara wanita ini, padanya.

"Jika Permaisuri berkenan menjelaskan"

"Eeemm, saya bermimpi. Dimimpi itu saya mati karena kesedak makanan ugh"

Aku ingin bercerita tentang kematianku dikehidupanku dulu, untuk menjadi alasan mengapa Forsythia berubah. Namun, tiba tiba muncul bayangan, aku yang berada di tubuh Forsythia tertusuk belati oleh seorang lelaki. Rasa sakit itu benar benar terasa.

"Permaisuri"

Nerva pasti terkejut, membantuku yang lingung karena rasa sakit tiba tiba.

"Huuhh, saya tidak apa apa Yang Mulia" aku melepas tangannya yang memegang lenganku.

"Benar tidak apa apa? Haruskah kita kembali?"

"Tidak, saya ingin berjalan lebih lama" merasa jika kembali ke kamar, hatiku semakin pengap.

"Baiklah"

Kami berjalan berdampingan. Tidak ada yang berkata dan larut dalam pikiran kami masing masing.

Bayangan apa itu? Tidak ada kejadian dalam novel... ah apa itu ketika Forsythia dibunuh oleh Devian? Aku hanya melihat siluet seorang lelaki, tidak bisa melihat bagaimana rupa dan warna rambutnya.

Anehnya, aku mampu merasakan rasa sakit yang begitu parah, seakan aku yang merasakannya. Bukankah jika hanya sekedar bayangan, tidak akan terasa sakit? Ini benar benar membingungkan.

"Permaisuri"

Nerva sudah memanggil berulang kali wanita yang ada di sampingnya, namun tidak ada jawaban.

'Haruskah aku memanggil namanya?'

"Forsythia"

Sesuai dugaan Nerva, wanita berambut oren dan kuning ini dengan sekejap, menatap mata hitam miliknya.

"Apa?"

"Ah itu karena saya sudah berulang kali memanggil Permaisuri"

Nerva menggelus lehernya yang tidak gatal, pura pura terlihat malu. Bukankah wanita menyukai tampilan lelaki seperti ini? Jika Forsythia tidak menyukainya, Nerva tinggal mengubahnya.

"Ah itu eemm maafkan saya"

Lelaki berambut silver ini tersenyum, melihat Forsythia yang menunduk dengan semburat merah muda di wajahnya. Ah berarti lelaki lembut memang tipe ideal Forsythia. Itu sangat mudah. Ia bisa bersandiwara dengan apik, hingga tidak terlihat watak aslinya.

'Aku tidak akan membiarkan siapapun mengambilnya.'

"Apa ada yang menganggu Permaisuri?"

Aku melihat kekhawatiran dalam nada dan wajahnya. Aku jadi bertanya tanya, apa mungkin orang selembut dan sebaik ini, bisa menganiaya Devian? Memang, aku belum lama bertemu dengannya tapi rasanya dia terlalu baik untuk bisa menjadi Villain di kehidupan Devian.

Selama Nerva tidak menunjukkan kejahatan, aku tidak boleh memandangnya sebagai penjahat. Penjahat pun, yang aku benci adalah perilakunya, bukan orangnya.

"Tidak ada ah aku hampir lupa, belum menjawab pertanyaan Anda Yang Mulia"

"Pertanyaan mengapa kau berubah?"

"Ya, jadi.."

"Kau bisa menjawab ketika, dirimu sudah siap. Tidak perlu memaksakan diri"

Aku tersenyum karena perkataannya, sangat pengertian. Aku bukan tipe orang yang mudah jatuh dengan wajah lelaki tampan, tapi perilaku.

Sangat menyukai seseorang lembut dan penuh pengertian. Tidak tampan, tidak masalah. Menjadi masalah, jika sudah tampan, sikapnya juga tampan. Bisa bisa jantungku duluan yang jatuh karena perbuatannya.

Mendengarnya berkata begitu membuatku lebih nyaman dengannya. "Tanpa diduga, Yang Mulia sangat baik"

"Baru kali ini, aku mendengar orang berkata begitu"

Sepertinya Nerva sangat menyukai perkataanku, dirinya sekarang tersenyum dengan bibir yang terbuka lebar.

"Haruskah aku berkata pada dunia bahwa Yang Mulia orang baik? Haha"

Melihat Forsythia tertawa, perasaan Nerva semakin baik. Ya, wanita ini memang sangat cantik saat tertawa.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang