Bagian Lima Puluh Lima

4.6K 482 14
                                    

Warning!

_Terdapat adegan yang mungkin tidak nyaman bagi beberapa pembaca_

***

Ketika Nerva berumur 7 tahun, ada hari di mana dirinya pertama kali dipanggil oleh ayah sekaligus Kaisar. Hatinya penuh dengan harap dan juga antisipasi. Pasalnya, selama ini ayahnya tidak pernah berbicara lebih dulu.

Begitu masuk ke kamar Kaisar, senyum Nerva hilang. Anak lelaki berambut platinum itu melihat Kaisar sedang memeluk dua wanita, masing masing ada kedua lengannya, tangan ada di dada para wanita dan mulut Kaisar menyatu dengan salah satu mulut wanita. Nerva mengepalkan kedua tangan, merasa jijik.

“Salam Yang Mulia” Nerva menahan perasaannya dan memberikan salam.

Haah katanya kau ingin melihat anak itu” melepas bibirnya sejenak, Kaisar melihat ke salah satu wanita.

Hati dan harapan Nerva jatuh begitu saja. Hah! Jadi ini alasan dirinya di panggil? Wajah Nerva semakin tajam, tidak menyukai perkataan dan perbuatan ayahnya.

Wanita yang diajak bicara Kaisar melihat kearah Nerva. “Waahh ketka dewasa pasti tampan.”

Seseorang berambut panjang itu, melepas lengan Kaisar sejenak lalu mendekat kearah Nerva.

“Haha apa sekarang kau ingin berpaling?” Horrion memang berkata pada wanita yang sedang berjalan, tapi kedua tangan dan mulutnya sibuk dengan wanita lain.

“Yang Mulia masih paling tampan”

Berkat mendengar perkataan Kaisar tangan yang ingin memegang Nerva terhenti. Wanita itu mengedipkan satu matanya dan tersenyum melihat Kaisar tersenyum dengan lesung pipi di sebelah kanan kemudian melanjutkan kegiatan yang sempat terhenti.

Kalau tidak karena Kaisar, Nerva sangat ingin segera pergi dari ruangan ini, dirinya merasa mual.

“Jika tidak ada yang ingin di katakan, saya undur diri Yang Mulia” meskipun, di depan Nerva ayahnya sendiri, sesuai apa yang ia pelajari Nerva masih harus menganggap dirinya seorang Kaisar.

Haahh, minum ini dulu” Horrion mengatur nafasnya, melepas bibirnya dan berkata pada Nerva.

Mata hitam Nerva membesar, tidak percaya apa yang diberikan orang yang ia kenal sebagai ayah padanya. Segelas penuh wine di sodorkan pada Nerva.

Semakin mengeratkan kedua tangannya, dirinya menatap tajam pada Kaisar. Kaisar yang di tatap tidak mengubah senyumnya malah semakin mengarahkan mata hitamnya ke gelas.

“Minumlah wine ini Nerva”

Begitu Nerva mendengar ayahnya memanggil namanya, eratan di kedua tangan terlepas. Baru kali ini ayah memanggil nama depan alih alih Pangeran atau Viscaria. Mata Nerva melihat ke gelas di depannya, padahal hanya nama tapi bagi Nerva itu hal yang luar biasa. Ia merasa bisa memaafkan ayah dan meminum wine.

Tangan anak itu mengambil wine dan meneguknya sekaligus.

“Ugh”

Prang

Beberapa saat setelah minum, perut Nerva panas dirinya tidak bisa memegang gelas dengan benar dan terjatuh di lantai.

“HAHAHAHA”

Bukannya menolong anaknya yang kesulitan Horrion tertawa terbahak bahak, membuat kedua wanita yang ada di dalam kamar ketakutan.

Haahh, pergilah”

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang