Bagian Tiga Puluh Enam

9K 1K 58
                                    

Aku melihat kearah tuan Erland yang sedang diperban bagian kepalanya. Bibir milikku ku mainkan sedemikian rupa, risau.

“Kita hanya bisa menunggu tuan Erland bangun Yang Mulia” dokter itu akhirnya berbicara setelah menyelesaikan tugasnya.

“Ya, terimakasih. Kau boleh pergi”

Karena Permaisuri tidak boleh berduaan dengan seorang lelaki selain Kaisar di tempat tertutup, aku membawa Zea. Mata hijauku melihat ke kepala Erland yang diperban, apa Nerva yang melakukan ini? Untuk apa? Haah aku harus cepat cepat bertanya pada Nerva.

“Zea jika tuan Erland sudah sadar segera beritahu aku.” tidak apa apa aku meninggalkan Zea, karena di depan pintu ada penjaga.

“Baik Yang Mulia”

Aku bergegas pergi ke kantor Nerva. Sesampainya disana aku ragu, apa setelah mendengar penjelasannya aku kecewa? Atau lega? Haah, meyakinkan diri lagi aku membuka pintu.

Seorang lelaki sedang tertunduk di sofa, berdiri begitu melihatku. 

“Duduklah Yang Mulia” aku sedang tidak ingin melihat dirinya mendekat padaku.

“Ya” Nerva tidak menjawab banyak dan duduk ditempatnya semula.

“Aku ingin mendengar penjelasan lebih dulu” aku cukup terkejut dengan perilaku Nerva pada Erland, membuatku tidak bisa memikirkan banyak hal.

“Ikut aku sebentar Forsythia” Nerva berdiri sambil menarik tanganku. “Katakan saja, kau atau bukan?” aku sedikit berteriak, tidak sabar.

“Ini tidak sesederhana itu” Lelaki berambut silver menunduk memegang tanganku “Aku mohon, ikut aku. ya?”

Sekarang aku tidak tau, bisakah aku percaya padanya? Tapi, tidak ada salahnya memberinya kesempatan untuk berbicara.

“Baiklah” aku mengangguk, kali ini mari dengarkan lebih dulu.

Nerva membawaku ke tempat yang tidak terlalu jauh dari kantornya. Sebuah tempat gelap meski hari masih siang. Kami terus berjalan hingga menemukan pintu besar bercorak sangat kuno. Nerva meletakkan tangannya digagang pintu, lalu sinar berwarna hitam menyebar tidak lama kemudian pintu terbuka.

Aku tidak bisa melihat apapun karena sangat gelap dan juga dingin.

“Sebentar” Nerva lalu menaruh tangannya di dinding.

Bbzzztt.

Lampu lampu yang ada di kanan dan kiri menyala. Ruangan yang aku masuki bentuknya seperti lorong panjang diujung lorong terdapat satu patung besar, aku tidak tau apa itu karena jarak.

Nerva melanjutkan langkahnya, aku dibelakang mengikuti. Semakin dekat, aku melihat patung itu bentuknya Iblis dengan tanduk panjang nan menakutkan.

“Kau bisa membaca tulisan ini” lelaki yang ada disampingku membawaku ke sebuah batu panjang dan lebar, diatas batu itu terdapat tulisan yang diukir.

Aku membacanya, dahiku mengerat dengan sendirinya. Mengapa? Diatasnya tertulis tentang nama dan perjanjian seifret tapi isinya sedikit berbeda dari apa yang aku baca di perpustakaan.

Yang pertama mengenai nama, disini tertulis. Belial memakan dan menggerogoti jiwa dalam nama seseorang dan Regulus berkewajiban menyediakan makanan untuk Belial.

Yang kedua mengenai perjanjian seifret. Memang segala perjanjian yang aku baca tertulis disini, namun ada dua tambahan. Di buku sejarah Kekaisaran ada tiga perjanjian, namun disini ada lima.

Perjanjian yang tidak dicantum dibuku adalah, Belial memberikan kekayaan tanpa batas pada Regulus dan keturunannya. Kedua seluruh keturunan Regulus harus menjadi wadah bagi Belial.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang