Bagian Empat Puluh Empat

5.9K 704 14
                                    

Sore ini setelah pekerjaanku selesai, aku duduk di taman menunggu tuan Erland. Walau aku sudah memantapkan diri memilih Salvia sebagai teman Devian, aku harus tau latar belakang dirinya.

Pertama kali bertemu Salvia kemarin, tingkah laku dan caranya berbicara membuatku senang. Satu hal yang membuatku khawatir dan masih ragu untuk memilihnya, pendidikan dan etiket yang ia dapat. Devian adalah Pangeran sekaligus calon Kaisar, meskipun masih kecil agaknya layak jika aku menginginkan teman bermain yang cocok.

Sepertinya tuan Erland mengajari atau bahkan memberikan guru etiket untuk Salvia, mengingat perbuatan Viscount yang aku tau di novel.

“Sudah menunggu lama Yang Mulia?” suara lelaki membuat diriku melihat ke arahnya.

“Tidak, silahkan duduk”

Aku menunggu pelayan menyandingkan teh di cangkir tuan Erland sebelum melanjutkan.

“Ini pasti mengenai nona Rose”

“Ya, kalau boleh tau dimana tuan Erland bertemu nona Rose?”

Hal hal yang tidak ada di novel harus aku ketahui.

“Saya tidak sengaja bertemu di kediaman Viscount, melihat dirinya sedang mencuci baju.”

“Bukankah dirinya anak Viscount?”

Mari pura pura tidak tau lebih dulu, untuk mencari tau seberapa banyak Erland tau keadaan Salvia.

“Benar, tapi mereka menganggap nona muda Rose sebagai pelayan. Itu mengapa saya ingin mengadopsi dirinya.”

Idris? Kalau begini ceritanya, masa depan akan berubah. Hal baik untuk Salvia.

“Keputusan yang tepat. Bagaimana hidup nona muda jika tidak bertemu anda tuan Erland?”

Yah, meskipun di kemudian hari Devian menghukum dan membunuh keluarga Viscount tapi anak itu juga akan membunuh orang tua kandung Salvia, lebih baik begini Idris sebagai ayah angkat Salvia.

Dalam hukum Kekaisaran, siapapun dengan minimal umur 20 tahun dan sudah memiliki kehidupan finansial yang layak, bisa mengadopsi siapapun asalkan sudah mendapat persetujuan orang tua kandung atau angkat yang lalu. Jadi tidak perlu memiliki pasangan untuk memiliki anak.

“Ini juga berkat Yang Mulia” Idris mengambil cangkir teh dan menyesapnya.

“Aku?” apa yang aku lakukan memang?

“Ya, berkat perkataan Yang Mulia waktu itu”

Kapan? Eemm aku lupa. “Begitu?” tapi mari kita selesaikan saja disini.

“Saya baru menyadari kalau anak anak memang membutuhkan uluran tangan orang dewasa”

Entah mengapa, aku merasa aneh dengan tatapan lurus tuan Erland padaku.

“Memang begitu kenyataannya” aku tersenyum, lalu mengambil cangkir tidak tau kemana mataku harus menuju. Aku sedikit terbebani dengan tatapan matanya yang selalu menatap mataku.

“Jadi, apa nona Rose bisa menjadi teman bagi Pangeran?”

Aku tidak tau apakah Erland melihat gerak gerik anehku atau memang keinginan dirinya. Sekarang matanya tidak benar benar selalu di mataku.

“Aku menyukai perilaku dan caranya makan, tuan Erland pasti sudah menyiapkan segalanya untuk nona muda”

Pasti Viscount tidak mau repot repot mengeluarkan uang untuk membayar tutor dan guru untuk Salvia.

“Tidak banyak, saya juga senang ketika melihat Salvia senang”

Ketika melihat wajahnya, ketulusan itu terpancar. Aku senang segala sesuatunya berjalan seperti ini.

“Baiklah kalau begitu, aku ingin tuan membawa Salvia tiga kali dalam seminggu ke Istana.”

“Sesuai kehendak Yang Mulia”

🐰🐰🐰

Aku kembali ke kantor setelah berbicara dengan tuan Erland.

“Dari mana kau Forsythia?”

Baru membuka pintu dan belum masuk, aku sudah mendengar suara rendah dari dalam. Nerva sudah datang ternyata. Ketika aku pergi, Nerva sedang tidak ada di kantor maka dari itu aku kira aku bisa pergi tanpa Nerva tau.

Haruskah aku berbohong atau haruskah aku jujur?

“Kemari”

Selagi aku berfikir, dirinya memanggil. Suaranya membuat bulu kudukku merinding, ugh aku takut. Ketika aku melihat senyum tidak biasanya, mau tidak mau mendekat.
Dirinya menarik tanganku, membuat diriku duduk di atas pahanya.

“Kau menyembunyikan sesuatu?”

Tangan besarnya menelisik ke belakang leherku, aku merasa penekanan di tangannya. Aku merasakan kemarahan di wajah dan juga tangan yang ada di wajahku.

“Apa kau merindukanku?” menguatkan diri yang ketakutan, aku memegang wajahnya.

Aku benar benar tidak ingin Nerva tau bahwa aku bertemu dengan Erland, aku percaya padanya tapi aku tidak bisa percaya pada Iblis yang ada di dalam tubuh Nerva. Mengenai teman untuk Pangeran, aku akan mengatakan ketika Salvia datang mengunjungi Devian.

Jadi kali ini, mari mencari topik lain.

“Ya, mulai sekarang jangan pernah pergi tanpa izinku”

Nerva semakin mendekatkan wajahnya di telapak tanganku, menutup mata seakan tidak ingin melewatkan sentuhan yang aku beri. Ketika ia mengatakan ‘izinku’ dirinya membuka mata. Mata hitamnya tidak berkedip sama sekali.

“Ya, aku janji” aku membawa bibirnya untuk ku cium. “Jadi jangan marah”

“Aku tidak mungkin marah padamu”

Nerva membawa tangannya yang ada di leher Forsythia ke pinggang wanita ini. Lelaki ini mulai mencium segala sesuatu yang ada di diri Forsythia, dari rambut, dahi, hidung, pipi, bibir, dagu, telinga, leher hingga bahu.

Nerva ingin cepat cepat memberikan tanda bahwa wanita ini semata mata untuknya dan miliknya, tidak ada yang boleh mengambilnya dari genggaman Nerva.

“Ugh Nerva” Forsythia yang merasa geli, mengeluh.

“Haruskah kita memberikan Devian adik?”

“Ugh”

Tangan wanita ini menutup bibir Nerva. Tapi lelaki ini tidak marah, karena melihat Forsythia sedang mengatur nafasnya yang berat. Itu artinya, Forsythia bereaksi dengan godaan yang Nerva berikan.

“Tidak, cukup Devian. Aku tidak ingin ada anak lain”

Dengan jarak yang sangat dekat, Nerva bisa melihat ke dalam mata hijau menenangkan Forsythia. Apa ini karena perkataan Nerva tentang ‘selain calon Kaisar, anak lain akan dibunuh’?

Nerva tidak menjawab, dirinya semakin mengeratkan tangan yang memeluk pinggang Forsy, wajah lelaki ini ia dekatkan ke wajah Forsythia membuat Forsy mencium tangannya sendiri.

Mereka berdua bisa berciuman kalau tangan wanita bermata hijau tidak menghalangi. Tidak sampai disitu, Nerva masih mendekatkan wajahnya, Forsythia yang ingin jatuh mau tidak mau melepas tangan dan mengaitkan lengannya di leher Nerva. Bibir keduanya pun bersatu kembali.

“Tidak akan, aku akan mencari cara untuk menyelamatkan semua orang” jika itu keinginan Forsythia, apa pun akan Nerva lakukan, kecuali ketika wanita ini melihat orang lain atau jauh dari jangkauan Nerva.

“Tetap saja….” masih ada keraguan di wajah Forsythia.

“Tapi aku ingin” saatnya menggunakan simpati Forsythia.

Nerva membuat wajah sedemikian rupa, lalu menaruh kepalanya di atas bahu wanita bersurai beda warna.

“Eeemm” saat Forsy kebingungan, Nerva diam diam tersenyum. “Baiklah, ta tapi pengaman.”

Ketika tangan kecil wanita ini mengangkat kepalanya, wajah Nerva berubah.

“Tentu, perkataanmu adalah perintah untukku” hati Nerva sangat bahagia, akhirnya dia bisa memiliki Forsythia seutuhnya.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang