Bagian Dua Tujuh

13.7K 1.6K 43
                                    

Semoga kalian suka sama ceritaku ini yaa.

Happy reading 🤗

***

“Nerva?”

Mengapa dirinya disini? Kalau memang aku tidak diperbolehkan pergi sebelum meminta izin pada Nerva, sudah pasti Laura mengingatkanku untuk meminta izin lebih dulu.

Devian mengeratkan tangannya padaku. Apa anak ini ketakutan? Tapi, pagi tadi mereka terlihat dekat.

Nerva tersenyum kemudian jalan mendekat.

“Forsythia, kemana akan pergi?” Aku kira, dirinya akan marah ternyata tidak. “Aku ingin pergi bersama Devian.”

“Bagus, ayo pergi bersama”

“Ya?” rencanaku akan pergi dengan cepat.

“Mengapa? Apa tidak boleh?” lagi lagi tatapan sedihnya “Tentu saja boleh, mengapa aku melarang?” aku tersenyum, aku paling tidak bisa melihat seseorang murung begitu.

“Kalau begitu…” Nerva memberikan tangannya untuk Forsythia genggam.

“Ibu” Devian tidak ingin mengalah, dirinya mengangkat kedua tangan seakan ingin digendong.

Aku harus memilih yang paling membutuhkan ku bukan?

“Kau lelah Devian? Kemari.” Aku mengangkat anak berambut platinum dan menggendongnya.

“Kalau lelah, mengapa tidak istirahat saja? Aku yang akan keluar menemani Forsythia” tatapan Nerva mengarah ke anak yang ada dipelukan Forsythia.

“Aaah, ap..” benar, begitu lebih baik.

“Tidak, aku ingin bersama Ibu” perkataanku dipotong Devian. Agh, hatiku meleleh.

“Begitu? Apa anak ini senang bersama Ibunya?” aku mencium wajah Devian berulang kali. “Ah Ibuuu, hahaha”

“Mengapa? Apa anakku ini suka?” aku kembali menciumnya “Hahaha ya aku suka” tawa keras nan lebar keluar dari bibir Devian, membuat diriku ikut senang.

Nerva mengenggam sangat erat tangannya, hingga urat urat tangannya terlihat. Lelaki ini ingin sekali menghilangkan Devian, karena anak inilah penghalang terbesar untuknya bisa bersama Forsythia. Tapi, tidak sekarang karena lelaki ini masih harus bertindak selayaknya Ayah dan Kakak yang baik didepan wanita ini.

“Kita harus berangkat sekarang” Nerva harus tenang dan menjaga emosinya.

“Ah baiklah” bisa bisanya aku melupakan hal yang penting.

Aku, Devian dan Nerva berada di satu kereta. Devian yang tidak ingin lepas dariku berada disampingku, sedang Nerva berada didepanku sedang membaca beberapa dokumen.

Pasti dirinya sibuk, lalu mengapa ia harus repot repot pergi. Entah mengapa, bukannya tidak suka, aku senang. Itu berarti, lelaki didepanku ini memikirkan keluarganya.

“Pekerjaanmu pasti banyak” aku membuka suara.

“Maaf kalau kau tidak suka, aku pergi sambil bekerja” Nerva segera merapikan dokumen, ingin menyudahi.

“Tidak, bukan begitu. Aku malah suka.” Aku tersenyum, sekali lagi senang dengan tingkahnya yang memikirkan perkataanku.

“Apa?” Nerva tidak percaya apa yang ia dengar.

“Aku malah suka melihat lelaki yang serius bekerja.”

“Itu berarti, kau juga menyukai semua lelaki yang sedang bekerja?” intonasinya tajam.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang