Nerva keluar kamar setelah memastikan Forsythia tertidur.
Mata hitam itu melihat seorang anak berdiri tidak jauh dari kamar dirinya dan Forsythia.
'Ia tidak boleh sampai melihat anak ini' Nerva melihat ke pintu kamarnya sejenak, sebelum kembali ke anak laki-laki itu.
"Aku ingin bertemu ibu"
"Jangan menganggunya."
Devian tidak menjawab, melotot ke arah seseorang yang ia yakini ayahnya.
"Kalau ingin mengatakan sesuatu, jangan di sini."
Nerva pergi, tidak menunggu jawaban Devian. Ia masa bodo, akankah anak ini akan mengikutinya atau tidak.
Devian mau tidak mau mengikuti kemana arah ayahnya pergi. Di dalam hati anak ini dirinya ketakutan, tapi ia tahan demi bisa bertemu ibunya.
Kaki Devian tidak bisa digerakkan, begetar. Di depan ia melihat sebuah gubuk. Ia tidak mungkin bisa melupakan, apa yang akan terjadi jika dirinya di bawa atau berada di dalam gubuk.
"Kau ingin masuk sendiri, atau harus aku geret?"
Seorang lelaki dewasa tinggi, menatapnya seolah dirinya sebuah sampah yang harus segera di buang. Walau dirinya mendengar dan melihat tatapan itu, tetap saja kakinya susah di gerakkan.
Nerva menatap anak kecil yang masih berdiri diam.
"Ck, merepotkan" kaki panjangnya ingin bergerak, sepertinya anak itu mengerti kemarahannya ia berjalan berlahan.
Tak banyak barang yang ada di dalam gubuk. Hanya ada satu kursi besar, terletak di tengah, beberapa alat pemotong rumput, cambuk, beberapa jerigen berisi minyak dan beberapa pemantik yang berjejer.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" seolah tempat ini di bangun untuknya, Nerva langsung duduk di kursi.
Devian mengenggam tangannya kuat-kuat, berharap mendapat kekuatan juga. "Biarkan Ibu keluar, aku ingin bertemu dengannya." Mata hitamnya juga ia paksa terbuka dan menatap mata hitam orang di depannya.
Krek
Pegangan kursi di tangan Nerva retak.
"Mendekat"
Anak ini tidak mau, tapi ia tidak memiliki pilihan. Perlahan-lahan, dirinya berjalan mendekati orang yang duduk di depannya.
Plak
Anak kecil itu terjatuh karena tamparan yang diberikan sangat keras. Mata hitamnya membesar, karena sudah lama tidak mendapat perlakuan kasar, Devian terkejut. Mendadak keberanian yang ia satukan sirna, tangan dan seluruh tubuhnya bergetar.
"Kau tidak sadar, siapa yang menyebabkan Forsy-ku memberontak?"
Devian sudah tidak sanggup untuk menatap mata hitam lelaki dewasa ini. Ketakutan sudah menyelimuti dirinya. Anak ini hanya bisa melihat ke lantai, tapi ia bisa merasakan gerakan lelaki di depannya bediri dan mendekat. Devian menahan nafas, begitu tau ayahnya melipat satu kaki dan berada sangat dekat.
"Ah!"
Tangan besar lelaki ini menjambak rambutnya. Kepala kecilnya mengikuti kebelakang. Rasanya, setiap helaian rambut ingin terlepas, menguliti kepalanya tanpa sisa.
"Dan sekarang kau memintaku, untuk mengeluarkannya? Jika saja kau bersikap baik dan tidak meminta waktunya lebih banyak, semua ini tidak akan terjadi."
Buliran air mata mengalir dari mata Devian. Bukan, bukan karena menyesali perbuatannya, setelah mendengar perkataan ayahnya, tapi rasa sakit di kepalanya semakin menjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Stepmother
RandomWarning, Red flag ML! Maylafaisha meninggal karena keselek mie dan ketika dirinya membuka mata BAAM! ia menjadi ibu tiri dari novel yang ia baca bernama Forsythia Harbell Valerie. Jika kehidupannya kali ini penuh kekayaan dan memiliki hidup yang pa...