Aku menyortir beberapa lembar dokumen. Laura beberapa hari yang lalu pergi ke sini dan mengatakan hal hal apa saja yang menjadi pekerjaanku, karena pekerjaanku berkurang banyak, aku bisa lebih santai dan lebih teliti.
“Yang Mulia, ini dokumen yang anda minta tempo hari”
Kali ini bukan Laura yang membawa, tapi tuan Artemisia. Aku tidak pernah berbicara dengannya setelah aku bertanya masalah adiknya, aku merasa dirinya membenciku.
“Terimakasih”
Sekarang pun, dirinya tidak melihatku sama sekali dengan wajah tanpa ekspresi walaupun saat pertama kali bertemu wajahnya minim ekspresi tapi rasanya berbeda. Dirinya menunduk dan langsung pergi begitu saja.
‘Apa aku melakukan kesalahan?’
Aku terus melihatnya hingga ia keluar.
“Tia”
Suara berat yang memanggilku membuat mataku teralihkan. Aku masih tidak terbiasa dengan panggilan itu, tapi di sisi lain aku senang. Rasanya seperti di perlakukan secara khusus.
“Ya, apa ada sesuatu yang kau butuhkan?”
Aku tidak tau, apakah memang selalu tidak ada orang selain Nerva di ruangan ini ketika bekerja atau karena kehadiranku? Yah tidak mungkin juga, Nerva mengusir tuan Artemisia hanya karena aku ada di sini.
“Apa yang di berikan Muller?” matanya beralih ke dokumen dari tuan Artemisia yang masih ada di tanganku.
“Ah ini, aku meminta tolong untuk memberikan laporan kondisi aula dan seluruh tempat di Istana” kemarin aku yang tidak sempat meminta tolong pada Laura akhirnya meminta tuan Artemisia.
“Tidak bisakah kau meminta tolong pada Laura?” nadanya yang tajam membuat bulu kudukku berdiri.
“Apa aku tidak boleh meminta tolong pada ajudanmu? Aku ingin pekerjaanku cepat selesai jadi….”
“Kau membantahku?” mata hitamnya menatapku lurus, suara yang dikeluarkan tinggi dengan penuh penekanan.
“Ti tidak ha hanya” perubahan suasana tiba tiba membuatku gugup.
Nerva berdiri, berjalan mendekat.
Berada di depanku, tangannya mencengkram leherku menegaskan bahwa aku tidak bisa lepas dari genggamannya.
“Aku mencintaimu Forsythia” dia mencium ujung bibirku.
Hatiku bergetar saat dirinya membisikkan kata cinta mengapa tiba tiba?
“Apa kau juga mencintaiku?” menjauhkan bibirnya, aku bisa dengan jelas melihat mata hitamnya yang membara.
Aku memang memiliki perasaan positif padanya tapi aku tidak tau apakah itu perasaan suka belaka atau diriku jatuh cinta.
“Tia jawablah”
Aku merasakan cengkraman tangannya di leherku mengencang.
“Ya, aku juga mencintaimu” toh sepertinya lambat laun aku akan jatuh pada pesonanya.
Begitu aku mengatakan kata cinta, raut tegas Nerva melembut, dirinya tersenyum. “Haahh aku senang”
“Aku tidak suka ketika kau melihat dan berbicara dengan lelaki lain” ibu jari Nerva mengelus ringan bibirku.
“Tapi aku..” meski kesusahan berbicara karena bibirku di elusnya, suaraku masih bisa terdengar jelas.
“Aku tidak bertanya pendapatmu” Nerva mengatakannya dengan senyuman, entah alasan apa tapi itu membuatku takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Stepmother
RandomWarning, Red flag ML! Maylafaisha meninggal karena keselek mie dan ketika dirinya membuka mata BAAM! ia menjadi ibu tiri dari novel yang ia baca bernama Forsythia Harbell Valerie. Jika kehidupannya kali ini penuh kekayaan dan memiliki hidup yang pa...