Bagian Dua Empat

14.2K 1.7K 40
                                    

Sesuai yang dikatakan Nerva, malam harinya ia datang ke kamar. Entah apa yang dipikirkan para pelayan, mereka menyiapkan banyak bunga ditempat tidur, wine dan bahkan baju yang aku gunakan sekarang. Saking malunya, aku menggunakan luaran untuk menutupi baju transparan.

Aku sudah menolak untuk tidak memakai pakaian ini, berkat campur tangan Zea dan Laura yang berkata mereka akan sedih atau bahkan dihukum, aku tidak tega. Jadilah, aku memakai pakaian dinas itu sekarang.

Tapi, dari mana para pelayan tau kalau Nerva akan tidur disini? Perasaan, saat Nerva mengatakannya tidak ada satu pun pelayan.

Tok tok tok

“Forsythia?”

Suara berat datang dari balik pintu. Aku langsung membenarkan baju luaran dan membuka pintu.

“Selamat datang Yang Mulia” aku yang merasa canggung tidak bisa menatap mata hitamnya.

Nerva belum menjawab perkataan Forsythia, apa karena dirinya belum pernah bertemu wanita ini ketika akan tidur? Rambutnya yang setengah basah, kulit putihnya yang semakin bersinar ditambah mata hijaunya yang tak mampu menatapnya.

Lelaki ini meneguk salivanya. Pertahanan malam ini, menjadi hal yang paling berat selama masa hidupnya. Nerva tidak boleh melakukan kesalahan kalau tidak ingin karakter aslinya terbongkar.

“Aku sudah bilang berulang kali Forsythia. Nerva.”

Dirinya mendekat, menutup pintu. Tangannya kemudian menyisir rambutku.

“Sa saya masih merasa aneh memanggil nama Yang Mulia” mau tidak mau, aku menatap matanya. Memang, rasanya masih saja aneh untuk langsung memanggil nama, tanpa gelar.

“Mengapa? Kita suami istri bukan?” kali ini bukan rambut yang ia sentuh, tapi pipiku.

Aku mengigit bibir sebagai kebiasaan saat aku bingung, tanpa diduga tangannya beralih ke bibir yang aku gigit.

“Jangan mengigitnya” Nerva berkata sambil tersenyum. ‘Hanya aku yang boleh’

Aku sudah tidak mengigit, tapi kenapa ia masih saja mengelus bibirku?

“Nerva, mari kita duduk dulu” aku menarik tangannya dipipiku, untuk pergi ke sebuah meja dengan wine diatasnya. Ada beberapa hal yang harus ku tanyakan padanya.

“Tidak ku sangka, kau menyiapkan ini semua Forsythia.” Nerva pura pura kaget, karena sebenarnya lelaki ini yang meminta para pelayan.

“Apa? Ti tidak. Ini karena para pelayan.” Aku kebingungan mendengar kalimat yang Nerva utarakan. Aku tidak ingin dilihat sebagai wanita yang hanya memikirkan malam hari.

“Benarkah?”

“Benar, ini benar benar karena para pelayan. Saya tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk tidur bersama Yang Mulia. Percayalah.”

“Apa?” ada yang mendidih di diri Nerva.

Suhu diruangan tiba tiba turun, kenapa dirinya bereaksi seperti ini? Mataku berkedip berulang kali, karena tidak percaya Nerva sekarang membuka jubah tidurnya. Bagian tubuh atasnya terbuka sepenuhnya. Nerva lalu menarik tanganku, membanting tubuhku diatas kasur.

“Katakan Forsythia, apa kau masih tidak ingin?” tanganku yang ada ditangannya, ia arahkan ke dada dan perut berotot lelaki ini.

Baju transparan Forsythia tersingkap, membuat bagian selangka dan dada wanita ini terlihat. Nerva mengeratkan giginya, menahan sensasi aneh ditubuh miliknya.

“Nerva, ke kenapa?” rasa terkejut, takut membuat mataku basah.

Tangan besar Nerva yang tidak memegang tangan Forsythia, mengeratkan cengkraman di kasur. Mencoba menahan perasaan yang semakin aneh ditubuhnya.

Nerva tersenyum, lalu berbisik tepat ditelingaku. “Jangan pernah lagi lagi, mengatakan bahwa kau tidak menginginkanku Forsythia”

Aku merasa sesak saat dirinya berkata begitu, kenapa? Padahal Nerva berkata sambil tersenyum.

“Baik baik, aku mengerti” ah aku benar tidak mengerti, mari aku iyakan saja.

Mendengar jawabanku dirinya berdiri, mengarahkan tangannya.

“Bangunlah, kau pasti memiliki pertanyaan”

Kali ini suara lembutnya kembali. Aku mengambil tangannya.

Kami berdua hanya duduk disudut tempat tidur dan bersandar. Awalnya, aku ingin duduk sambil minum wine, tapi berkat kejadian tadi, niatku aku urungkan.

“Apa yang ingin kau ketahui?” mata hitam Nerva mengarah padaku.

“Eeemm” dari mana aku harus mulai bertanya? “Apa tadi ayahmu? Mantan Kaisar?”

“Ya, aku tidak tau mengapa tiba tiba dirinya ada disini.”

Aku tidak bisa berkata kata karena wajahnya langsung murung.

“Dia tampan kan?” aku kira ia sudah selesai berkata, tapi malah mengajukan pertanyaan.

“Tidak, Yang Mul… ah maksudku, Nerva 1.000 kali lebih tampan. Dia hanya laki laki tua yang genit iyuh” aku mengatakan apa yang ada dipikiranku. “Hahahaha” Nerva tertawa lepas sekali.

Aku tersenyum, senang bahwa wajah murungnya sudah tidak ada.

“Tapi Nerva, dia bilang kalau Devian anaknya apa itu benar?”

“Ya, dia memang ayah Devian dan Devian adikku.”

Aku semakin tidak mengerti, tapi kenapa dinovel Devian menganggap Nerva ayahnya? Apa anak itu tidak tau kebenarannya?

“Apa Devian tau kalau mantan Kaisar ayahnya?”

“Tidak, anak itu hanya tau kalau aku ayahnya.”

“Mengapa? Devian juga berhak tau.” aku membenarkan caraku duduk, mengarahkan tubuhku sepenuhnya pada Nerva.

“Tidak, karena ayah melakukan hubungan dengan istriku terdahulu dan Devian lahir.”

Apa? Ah aku juga mendengar itu kemarin, aku kira mantan Kaisar hanya berkata omong kosong.

“Permintaan terakhirnya, agar Devian menjadi anakku dan tidak pernah mengatakan kebenaran pada anak itu, apapun yang terjadi.” meski ada alasan besar lain, Nerva tidak perlu mengatakannya.

Aku mengangguk paham. Mantan Permaisuri pasti tidak ingin anaknya tumbuh dengan aib dan dicemooh orang orang. Aku menatap lelaki berambut silver, mengambil tangan besarnya.

“Kau pasti terpukul melihat istrimu selingkuh dengan ayahmu sendiri.” Aku menunduk sambil mengelus tangannya.

Sebenarnya, Nerva tidak merasakan apapun, dirinya tidak tertarik sama sekali dengan perkara istrinya terdahulu dan sudah bosan dengan tabiat ayahnya. Namun, sekarang waktu yang tepat untuk mendapat simpati Forsythia.

“Ya, jadi kau jangan pernah meninggalkanku dan berpaling dengan lelaki lain”

“Tentu saja, hanya wanita bodoh yang tergiur. Kau itu suami berpaket komplit, tampan, baik hati …..” aku mengatakan apapun yang bisa menyenangkan hatinya. Aku berjanji akan memperlakukan lelaki ini dengan lebih baik.

Nerva yang mendengar hanya tersenyum. Malam itu, hanya obrolan obrolan menyenangkan yang terdengar.

***

Nanti malam, aku update lagi ya.

Double up ku baru bisa kayak gtu, belum bisa satu kali update langsung dua chapter, hiks.

Terimakasih pengertiannya.

Sampai jumpa dichapter selanjutnya 🤗😽

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang