Bagian Empat Puluh Tujuh

5.4K 608 7
                                    

Warning!

_Terdapat adegan kekerasan_

***

Idris sedang berada di kereta berjalan pulang menuju kediaman, setelah bertemu salah satu bangsawan.

Brug

Ketika dirinya melihat dokumen sisa di bawah temaram lampu, kereta bergoyang dengan sangat keras.

“Tuan, jangan pernah keluar” suara itu berasal dari kesatria keluarga yang menemaninya pergi.

Idris mengambil pedang yang selalu ada di bagian belakang tempat duduk, berjaga jaga saat kejadian tidak diinginkan terjadi. Siapa yang berani meletakkan pedang pada keluarganya?

Sring

Sring

“Argh”

Suara suara aduan antar pedang dan teriakan menahan sakit bersaut sautan. Idris yang tidak mungkin diam saja keluar.

“Siapa yang berani?”

Dirinya segera melepaskan sarung pedang dan mendekat ke arah orang orang yang sedang di serang kesatria miliknya.

“Yang Mulia” suara tidak percaya mulai keluar dari mulut kesatria.

“Kalian pasti lupa siapa aku.”

Idris mulai menghunus pedangnya ke orang yang menggunakan topeng dan baju hitam. Mereka cukup berpengalaman. Idris harus beberapa kali menghindari pedang tajam mereka, namun berkat kepiawaian dirinya memegang pedang, beberapa kali orang di depannya terkena sayatan pedang.

Musuh pertamanya mati.

Ia lalu beralih ke orang berikutnya.

“Ugh”

Merasa orang yang ia lawan kali ini lebih sulit. Idris terdorong ke belakang hingga mengenai sebuah pohon.

Sring

Tangan kanannya yang kurang cepat menghindar, lecet. Idris memutar pedangnya untuk mengecoh pergerakan lawan. Benar saja, pihak lawan terkejut dan pegangan pada pedang longgar.

Trang.

“Siapa namamu?” lelaki berambut hijau ini mengarahkan pedang tajamnya kearah seseorang yang berlutut.

Sring

Dua pedang ada di leher Idris. Mengeratkan tangan yang memegang pedang, Idris paham bahwa tidak ada dari pihaknya yang selamat.

“Cukup”

Suara seorang lelaki datang dari balik kegelapan. Idris tidak mungkin tidak tau siapa yang berbicara.

“Saya tidak menyangka bertemu Yang Mulia disini” tidak ada nada hormat yang diberikan Idris.

“Aku tidak datang kalau kau tidak bermain dengan milik orang lain”
Kedua mata menatap dengan tajam dan tidak ada yang mau mengalah.

“Permaisuri milik dirinya sendiri, bukan Yang Mulia” Idris tidak gentar dengan tatapan Nerva padanya.

Nerva geram, mengeratkan giginya hingga urat urat di lehernya terlihat. “Beraninya.”

Lelaki berambut silver mengambil pedang miliknya, mengarahkan secara membabi buta kearah Idris. Dengan gerakan yang cepat, Idris menghindar.

Awal pertarungan, Idris mampu mengelak beberapa kali tapi stamina karena kurangnya latihan membuat kecepatannya menurun.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang