Bagian Lima Puluh Tujuh

4.3K 558 19
                                    

Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa update, yyeeeyy...

Selamat membaca 🤗

***

Begitu melihat Nerva terjatuh, aku langsung mempercepat langkah tidak peduli apakah kakiku akan mengenai pecahan kaca botol atau tidak.

Tanganku bergetar ketika melihat sudut bibir Nerva robek, kepala dan tangannya penuh darah.

“Nerva, maafkan aku” menepuk pelan pipinya, karena sekarang Nerva tidak sadarkan diri.

Okey, mari kita tenangkan diri. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Ah benar mari baringkan tubuh Nerva di atas kasur lebih dulu.

Aku mengambil lengannya dan melingkarkan di leher, tapi kaki lemahku membuat kami jatuh bersama.

“Ugh”

“Yang Mulia, saya akan membawa Kaisar” salah satu Kesatria datang di sampingku, mengambil lengan Nerva yang satunya.

“Terimakasih” pasti ia datang karena melihatku kesusahan.

Aku melihat wajah Nerva yang sudah ditidurkan di atas kasur. Alis platinumnya menyatu menahan sakit, apakah dirinya bermimpi buruk? Ah pertama tama

“Bersihkan ruangan ini dan bawakan aku kain” aku memerintahkan para pelayan.

Aku terganggu dengan keringat yang terus menerus bercucuran.

Sambil menunggu kain datang, aku mengelap keringatnya dengan tangan kosong.

“Nerva kau dengar aku” tidak ada tanda yang berubah dari wajah Nerva meski aku berbisik di telinganya.

Aku duduk di bangku samping tempat tidur, tidak terganggu dengan pelayan yang sedang membenahi kamar. Entah sudah berapa saat waktu telah berlalu.

“Yang Mulia, kami sudah selesai”

Aku hanya mengangguk, melambaikan tangan menyuruh mereka untuk pergi. Dengan kain yang diberikan pelayan padaku, aku mengelap bagian wajah dan lehernya yang berkeringat.

Wajah Nerva semakin berkerut. Aku tidak memperhatikan tubuh lelaki di depanku selain wajahnya, hingga kedua tangan Nerva tergenggam sangat kuat. Tangannya memutih. Aku yang melihat itu langsung mendekat, berusaha sekuat tenaga membukanya. Aku tidak ingin Nerva menyakiti telapak tangan.

Aku melepaskan di mulai dari ibu jari di tangan sebelah kiri  “Ugh”

Tapi usahaku sia sia, jarinya kembali menyatu. Mencari alternatif lain, akhirnya kedua tangan Nerva aku genggam. Dirinya semakin mengencangkan tangan, membuat tanganku teremas seakan tulang tulang akan patah.

“Argh”

‘Tahan tahan, aku harus menahannya’

Aku mengigit bibir.

“Nerva” aku yang tengah putus asa memanggil namanya, mataku berembun menahan sakit.

Bug

Aku tidak tau apa yang terjadi, karena tiba tiba saja Nerva membanting tubuhku, hingga aku jatuh di atas kursi. Tidak memberikan waktu untukku mencerna rasa sakit, Nerva membuang segala hal yang ada di meja tidak jauh dari kursiku.

Prang

Segala sesuatu yang ada di atasnya pecah, berantakan.

“Alkohol, racun”

Mata hitamnya tampak tidak fokus, apa dirinya sedang mengigau sekarang? Tangannya mencari ke segala arah, panik ingin segera menemukan seolah kalau terlambat sedikit saja, hidup akan hilang.

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang