Bagian Tiga Puluh Sembilan

7.4K 844 18
                                    

Warning!

_Terdapat adegan kekerasan_

***

“Yang Mulia, apa anda tau kabar terbaru?”

Aku sudah terbiasa mendengar Zea memulai bercerita setiap pagi.

“Ada kabar apa memang?” aku melihat refleksi diri Zea di cermin.

Bak sedang memberikan informasi yang tidak boleh di dengar siapapun, Zea menengok ke kanan dan kiri lalu berbisik “Keluarga Visscount Sergie seorang penghianat, semalam seluruh keluarga dibunuh”

“Apa?” aku langsung mengarahkan tubuh agar bisa melihat wajah Zea.

“Ya, Visscount ketahuan memberikan racun pada Yang Mulia Kaisar”

“Bagaimana keadaan Kaisar?”

“Beliau muntah darah, untungnya tadi pagi Yang Mulia Kaisar baik baik saja.”

Ada yang aneh, aku tidak bisa menemukan keberanian yang cukup di wajah Visscount pada hari terakhir aku bertemu, lelaki yang ketakutan itu tidak mungkin memanggil Nerva dengan alasan besar seperti pembunuhan.

Bukankah akan langsung ketahuan? Apa waktu itu Visscount berpura pura takut atau malah Nerva? Ah tidak, mari tidak berfikir yang bukan bukan.

Syukurlah sekarang ia baik baik saja, tapi ngomong ngomong “Siapa yang membunuh?”

“Yang Mulia Kaisar sendiri. Apa yang saya dengar, Kaisar menghukum dengan tangannya karena tidak suka waktu festival yang disiapkan Permaisuri dinodai oleh penghianat. Waah Kaisar pasti sangat menyukai anda Yang Mulia”

Entah mengapa aku tidak senang mendengarnya. Memang jika itu benar karena penghianatan, sesuai hukum Kekaisaran seluruh keluarga Visscount akan di hukum mati. Aku pun tidak suka, kalau Nerva melakukan pembunuhan dengan tangannya sendiri karena alasan menodai festival.

Mengapa akhir akhir ini aku menjadi sering meragukan Nerva? Pasti karena terlalu memikirkan perkataan Idris semalam.

Malam sebelumnya, di salah satu ruangan.

“Mengapa tidak berbicara Visscount?” Nerva sudah kesal karena lelaki di depannya menganggu kesempatan menemani Forsythia, dan orang ini hanya membuang waktu?

“Se sebelum itu Yang Mulia” mata Visscount mengarah ke pelayan yang berdiri, seketika pelayan tadi membawa teh.

‘Apalagi ini? Ck’

Nerva paling malas harus berhadapan dengan seseorang yang penuh basa basi begini. Tiba tiba terlintas sesuatu di pikiran Nerva. Ia lalu mengambil sebuah kotak berisi pil berbentuk bulat, tanpa orang ketahui ia memasukkan pil itu di dalam mulutnya, menaruhnya di lidah bagian dalam.

“Si silahkan di minum dulu Yang Mulia”

Begitu air teh di tuang, Nerva langsung minum menaruh pil di atas lidah agar mudah larut dalam air.

“Uhuk” saat Nerva batuk, darah keluar.

“Ya yang Mulia?” Visscount Sergie kebingungan tidak mengerti apa yang baru saja terjadi.

Sriing 

Para kesatria yang berjaga langsung mengarahkan pedang mereka ke depan wajah Visscount.

“Ti tidak i ini salah paham Yang Mulia” suara kegugupan yang memang ada di diri Visscount semakin menjadi karena ketakutan yang sangat. Ia berlutut, memohon.

“Ugh, semua keluar. Duh” Nerva mengeluarkan darah yang masih menganggu mulutnya.

“Baik Yang Mulia, kami akan berjaga di luar”

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang